Suara.com - Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Ryabkov menegaskan, negara-negara Barat tidak memiliki peluang untuk menjadi anggota BRICS jika mereka terus menerapkan kebijakan yang bertentangan dengan anggota BRICS.
Ia menjelaskan, salah satu syarat utama untuk menjadi anggota BRICS adalah tidak menerapkan sanksi ilegal terhadap anggota lainnya.
Saat hadir di KTT BRICS di Johannesburg, Afrika Selatan lalu ia mengatakan, keenam negara yang diundang untuk bergabung dengan BRICS pada pertemuan tersebut, yaitu Argentina, Mesir, Ethiopia, Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab, telah mematuhi persyaratan ini sepenuhnya.
Sementara, ia melanjutkan, saat ini negara-negara Barat telah mengambil langkah yang berlawanan dengan syarat-syarat ini, sehingga tidak ada keraguan dalam mengundang negara mana pun dari kelompok ini untuk tidak hanya bergabung dengan BRICS, tetapi juga berpartisipasi dalam acara-acaranya.
Baca Juga: Menilik Kedekatan Megawati dengan Putin: Ternyata Bestie Sejak 2003?
Namun demikian, Ryabkov tidak menutup sepenuhnya pintu keanggotaan BRICS bagi negara-negara Barat. Dia mengatakan bahwa jika ada negara Barat yang mendukung rezim sanksi melanggar peraturan dan meninggalkan kebijakan tersebut, maka permohonan keanggotaannya dapat dipertimbangkan.
Melansir dari TASS, negara-negara Barat telah memberlakukan sanksi ekonomi yang keras terhadap Rusia, salah satu anggota BRICS, sebagai respons terhadap konflik di Ukraina.
Rusia telah mengkritik keras tindakan hukuman tersebut dan menyebutnya ilegal. Selain itu, Uni Eropa juga memberlakukan pembatasan terhadap China, yang juga merupakan anggota BRICS, dengan memberlakukan sanksi terhadap beberapa pejabat atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia yang selalu dibantah oleh pihak Beijing.