Suara.com - Emiten batu bara milik Garibaldi Thohir atau Boy Thohir, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mencatatkan penurunan laba bersih sepanjang enam bulan pertama tahun ini.
Mengutip laporan keuangan ADRO yang diunggah pada laman Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu (23/8/2023) perseroan berhasil mengumpulkan laba bersih senilai USD873,83 juta atau anjlok 27,9 persen dibanding periode sama tahun 2022 yang mencapai USD1,212 miliar.
Kondisi ini membuat laba per saham dasar diatribusikan kepada pemilik entitas induk dasar melorot ke level USD0,02823 per lembar, sedangkan akhir Juni 2022 berada di level USD0,039 per helai.
Biang kerok penurunan laba bersih dikarenakan pendapatan usaha yang turun 1,75 persen secara tahunan menjadi USD3,479 miliar pada akhir Juni 2023. Pemicunya, nilai ekspor batu bara turun 5,9 persen menjadi USD2,881 miliar.
Baca Juga: Mendag Sindir Uni Eropa: Terima Batu Bara Indonesia Tapi Mempersulit Ekspor Kopi
Untungnya penjualan batu bara ke pasar dalam negeri berhasil tumbuh 3,12 persen menjadi USD396,4 juta, begitu juga dengan pendapatan jasa pertambangan meningkat 13,9 persen menjadi USD64,722 juta.
Bahkan penjualan batu bara ke pihak berelasi melonjak 734,6 persen menjadi USD106,68 juta.
Sayangnya, beban pokok pendapatan bengkak 34,1 persen secara tahunan menjadi USD2,033 miliar pada akhir semester I 2023. Pasalnya, pembayaran royalti kepada pemerintah naik menjadi USD853,48 juta. Senasib, jasa pertambangkan melambung 31,2 persen menjadi USD621,28 juta.
Lalu, pengangkutan dan bongkar muat meningkat 45,1 persen menjadi USD193,58 juta. Bahkan, pemrosesan batu bara melonjak 70,9 persen menjadi USD159,06 juta.
Akibatnya, laba kotor melorot 28,5 persen secara tahunan menjadi USD1,446 miliar pada akhir Juni 2023.
Baca Juga: Batu Bara Membara, Saham CUAN Milik Taipan Prajogo Pangestu Terbang 1.000 Persen Lebih
Sementara itu, dalam siaran pers, Presiden Direktur dan Chief Executive Officer ADRO, Garibaldi Thohir menjelaskan, pada semester I 2023 menunjukkan kekuatan operasional Adaro di tengah fluktuasi harga dan kenaikan biaya.
Ia merinci, Produksi dan penjualan naik 19 persen, masing-masing menjadi 33,41 juta ton dan 32,62 juta ton, yang dikoreksi harga batu bara, dengan harga jual rata rata yang turun 18 persen.
“Walaupun ada tantangan-tantangan ini, kami berhasil mencatat margin yang sehat dengan menghasilkan laba inti USD1.024 juta,” kata dia.
Ia melanjutkan, perseroan siap mencapai target sepanjang tahun 2023 dengan dukungan eksekusi yang solid di masing-masing bisnis.
“Kami juga siap untuk ambil bagian dalam inisiatif hilirisasi Indonesia melalui smelter aluminium, yang mendapatkan pemenuhan keuangan di bulan Mei lalu. Hal ini menekankan komitmen kami terhadap pertumbuhan yang berkelanjutan di jangka panjang melalui strategi tiga pilar,“ papar dia.