Erick Thohir Mau Merger Maskapai BUMN, Bos Garuda: Sabar Ya!

Selasa, 22 Agustus 2023 | 16:10 WIB
Erick Thohir Mau Merger Maskapai BUMN, Bos Garuda: Sabar Ya!
Kolase gambar Dirut baru Garuda Indonesia Irfan Setiaputra (Suara.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) Irfan Setiaputra angkat suara perihal rencana Menteri BUMN Erick Thohir yang akan menggabungkan maskapai penerbangan plat merah menjadi satu.

"Masih diskusi belum conclude (menyimpulkan). Sabar ya," kata Irfan saat dihubungi Suara.com, Selasa (22/8/2023).

Sebelumnya Menteri BUMN Erick Thohir berencana melakukan penggabunggan terhadap tiga BUMN penerbangan. Tiga perusahaan plat merah tersebut adalah Garuda Indonesia, Citilink dan Pelita Air.

Erick beralasan merger ini dilakukan demi efisiensi.

Baca Juga: Permohonan PK Homologasi Dua Kreditur Ditolak Pengadilan, Begini Kata Bos Garuda Indonesia

"Setelah melakukan rangkaian program efisiensi pada empat Pelindo, (itu) akan dilanjutkan ke BUMN pada klaster lain, yaitu maskapai penerbangan. Saat ini terdapat tiga BUMN yang bergerak di bidang penerbangan, yaitu Garuda Indonesia, Citilink, dan Pelita Air," kata Erick dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan di Jakarta dikutip Selasa (22/8/2023).

Erick berharap merger bisa membuat industri penerbangan negara semakin kuat dan efisien.

"BUMN terus menekan logistic cost. Pelindo dari 4 (perusahaan) menjadi 1. Sebelumnya, logistic cost mencapai 23 persen, sekarang jadi 11 persen. Kita juga upayakan Pelita Air, Citilink, dan Garuda merger untuk menekan cost," ungkapnya.

Ia menyebut Indonesia saat ini masih kekurangan sekitar 200 pesawat.

Kekurangan pasokan pesawat itu dihitung dari perbandingan antara Amerika Serikat dan Indonesia.

Baca Juga: BUMN Maskapai Penerbangan Mau Digabung jadi Satu Sama Erick Thohir

Di Amerika Serikat, sebut Erick, terdapat 7.200 pesawat yang melayani rute domestik. Penduduk mereka mencapai 300 juta populasi dengan rata-rata GDP (pendapatan per kapita) mencapai US$ 40 ribu.

Sementara di Indonesia terdapat 280 juta penduduk yang memiliki GDP US$4.700.

"Itu berarti Indonesia membutuhkan 729 pesawat. Sekarang, Indonesia baru memiliki 550 pesawat. Jadi perkara logistik kita belum sesuai," ujar Erick.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI