Suara.com - Raksasa properti China, Evergrande, resmi mengajukan kebangkrutan. Perusahaan properti yang punya utang hingga nyaris Rp 5.000 triliun ini mengajukan kebangkrutan di pengadilan New York Amerika Serikat.
Raksasa properti ini dilaporkan memiliki utang hingga US$ 330 miliar yang sudah jatuh tempo. Gagal bayar utang yang melilit Evergrande ini terjadi sejak 2021 lalu. Evergrande menjadi salah satu contoh buruk krisis properti yang ada di China dan menyebabkan ribuan proyek rumah di Tiongkrok mangkrak.
Evergrande merupakan sebuah grup perusahaan yang bergerak dalam bidang pengembangan, investasi, serta pengelolaan properti real estate. Perusahaan ini mulai beroperasi pada 26 Juni 2006 dan memiliki kantor pusat di Shenzhen, Provinsi Guangdong, China.
Saat ini, mereka memiliki delapan anak usaha. Mulai dari Evergrande Real Estate, Evergrande New Energy Auto, Evergrande Fairyland, Evergrande Health, dan Evergrande Spring, Evergrande Property Services, HengTen Networks, hingga FCB.
Baca Juga: Senasib, Evergrande dan Waskita Karya yang Terlilit Utang dan Diujung Kebangkrutan
Meski begitu, perusahaan ini sangat dikenal sebagai raksasa properti di China. Sebab, bisnis real estatenya saja mencapai lebih dari 1.300 proyek yang tersebar di 280 kota lebih. Namun, pada 2021 lalu, mereka harus membayar bunga atas pinjaman bank.
Pembayaran bunga dengan total lebih dari US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,4 triliun itu akan jatuh tempo. Evergrande juga menyebut penjualan aset tidak bisa melunasi utang yang mencapai US$ 300 miliar atau sekitar Rp 4.900 triliun.
Evergrande telah menjual seluruh saham di HengTen dengan diskon besar-besaran sebesar USD273,5 juta pada November 2021. Lalu, di awal tahun 2022, dilakukan penghancuran 39 bangunan milik mereka yang bergerak di pengembangan resor.
Tak hanya sampai disitu, Evergrande kembali menjual sahamnya di empat proyek yang belum selesai kepada perusahaan milik negara. Mereka menerima uang sekitar 1,95 miliar yuan dan menyelesaikan kewajiban sekitar 7 miliar yuan dalam proyek itu.
Sementara itu, Hui Ka Yan diketahui sebagai Ketua Evergrande Group yang terdaftar di Hong Kong. Sebelum mendirikan perusahaan ini, ia sempat bekerja sebagai teknisi di sebuah pabrik baja. Lalu, ia memulai membangun Evergrande pada 1996.
Baca Juga: 5 Tips Memilih Tukang Bangunan Berkualitas Sebelum Mulai Membangun Rumah
Sebagai informasi tambahan, perusahaan yang dibangun pada tahun itu belum bernama Evergrande. Perubahan nama terjadi pada 2006. Di awal pembangunan perusahaan, Hui pun mulai mengambil properti dengan harga rendah di pasar kecil.
Adapun proyek pertamanya adalah Taman Jinbi. Sementara itu, anaknya, Xu Zhijian menjabat wakil presiden di Evergrande. Keduanya pemilik mayoritas saham Evergrande Group, dengan kepemilikan mencapai 9,3 miliar atau 70,72% dari total saham.
Di sisi lain, menurut catatan Forbes, Hui Ka Yan masuk dalam daftar orang terkaya ke-53 di dunia. Sumber kekayaanya itu murni berasal bisnis real estate. Hingga hari ini, total harta miliknya diketahui mencapai US$ 11,5 miliar atau sekitar Rp174 triliun.