Suara.com - Rizal Edwin, Staf Ahli Bidang Transformasi Digital, Kreativitas, dan Sumber Daya Manusia di Kemenko Bidang Perekonomian, mengungkapkan bahwa pada tahun 2022 Indonesia berhasil mendominasi 40 persen pasar ekonomi digital ASEAN yang mencapai total 194 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
"Dalam tahun 2022, nilai ekonomi digital ASEAN mencapai 194 miliar dolar AS, dan Indonesia berhasil menguasai 40 persen dari nilai tersebut," ujar Edwin dalam acara Indonesia Retail Summit (IRS) 2023 di Jakarta pada hari Senin (14/8/2023).
Menurut Edwin, populasi ASEAN yang mencapai 679 juta jiwa atau sekitar 8 persen dari total penduduk dunia, menandakan potensi pasar yang luas dan menjanjikan bagi dunia usaha, terutama dalam sektor ritel.
Kemajuan dalam teknologi informasi dan komunikasi juga telah memfasilitasi akses konsumen terhadap produk dan layanan, serta membuka peluang bisnis baru. Keberadaan e-Commerce dan platform perdagangan online juga telah mengubah lanskap bisnis ritel di ASEAN.
Baca Juga: Kawasan Destinasi Wisata di Indonesia Bisa Menjadi Tulang Punggung Ekonomi Daerah
"Peningkatan penggunaan internet dan smartphone telah memacu pertumbuhan perdagangan elektronik dengan pesat, memberikan peluang baru bagi pengusaha dan pelaku bisnis di wilayah ini," tambahnya, dilansir dari Antara.
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi yang stabil di negara-negara ASEAN juga berkontribusi pada perkembangan sektor ritel.
"Pertumbuhan ekonomi beberapa negara ASEAN berada di atas rata-rata pertumbuhan global, yaitu sekitar 3,1 persen. Negara-negara seperti Malaysia, Vietnam, Filipina, Kamboja, Singapura, dan Indonesia mencatatkan pertumbuhan antara 3,8 hingga 8,7 persen," jelasnya.
Indonesia juga diakui memiliki peran dalam membentuk kerjasama perdagangan internasional yang berdampak besar. Melalui perjanjian seperti ASEAN Free Trade Area dan Comprehensive Economic Partnership Agreements (CEPA) dengan mitra dagang, perdagangan antarnegara menjadi lebih terfasilitasi.
Dengan proyeksi ekonomi digital Indonesia mencapai 150 miliar dolar AS atau sekitar Rp2.333 triliun pada tahun 2025, sektor ini memiliki potensi menjadi alat yang dapat memulihkan ekonomi nasional.
Baca Juga: Terhalang Masalah Ekonomi, Seorang Ibu Terpaksa Tinggalkan Bayi di Halte Bus