Faisal Basri Bilang Hilirasi Nikel Tak Buat Untung Indonesia, Kemenperin Ungkap Faktanya

Achmad Fauzi Suara.Com
Senin, 14 Agustus 2023 | 12:03 WIB
Faisal Basri Bilang Hilirasi Nikel Tak Buat Untung Indonesia, Kemenperin Ungkap Faktanya
Pengolahan bijih nikel di smelter milik PT Vale di Sulawesi Selatan. (Bannu MAZANDRA / AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) ikut menjelaskan program hilirisasi yang tengah heboh diperdebatkan. Hal ini lantaran, adanya pernyataan Ekonom Faisal Basri yang melayangkan kritik keras terkait kebijakan Hilirisasi yang dijalankan Presiden Joko Widodo.

Juru bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Febri Hendri Antoni Arif mengatakan, sejak bergulirnya program hilirisasi sumber daya alam, terutama logam nikel di tanah air, beberapa efek berganda mulai terlihat pada ekonomi nasional.

Saat ini, berdasarkan data Kemenperin, terdapat 34 smelter yang sudah beroperasi dan 17 smelter yang sedang dalam kontruksi. Investasi yang telah tertanam di Indonesia sebesar USD 11 miliar atau sekitar Rp 165 Triliun untuk smelter Pyrometalurgi, serta sebesar USD 2,8 Miliar atau mendekati Rp 40 Triliun untuk tiga smelter Hydrometalurgi yang akan memproduksi MHP (Mix Hydro Precipitate) sebagai bahan baku baterai.

Selama masa konstruksi, kehadiran smelter tersebut menyerap produk lokal. Saat ini, smelter tersebut mempekerjakan sekitar 120 ribu orang tenaga kerja. Dilihat dari lokasi, smelter tersebar di berbagai provinsi yaitu Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, serta Banten.

"Hal ini mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah tersebut dengan meningkatnya PDRB di daerah lokasi Smelter berada," ujar Febri dalam keterangannnya, yang dikutip Senin (14/8/2023).

Besarnya efek berganda smelter nikel ini dapat dilihat dari nilai tambahnya. Kemenperin menghitung nilai tambah yang dihasilkan dari nikel ore hingga produk hilir meningkat berkali-kali lipat jika diproses di dalam negeri atau menghilirkan proses barang mentah.

Febri menyampaikan, apabila nilai nikel ore mentah dihargai USD 30/ton, ketika menjadi Nikel Pig Iron (NPI) harganya akan naik 3,3 kali mencapai USD 90/ton. Sedangkan bila menjadi Ferronikel, akan naik 6,76 kali atau setara USD 203/ton.

Ketika hilirisasi berlanjut dengan menghasilkan Nikel Matte, maka nilai tambahnya juga akan naik menjadi 43,9 kali atau USD3.117/ton. Terlebih, sekarang Indonesia sudah punya smelter yang menjadikan MHP sebagai bahan baku baterai dengan nilai tambah sekitar 120,94 kali (USD3.628/ton).

"Apalagi, jika ada ada pabrik baterai yang mengubah ore menjadi LiNiMnCo, maka nilai tambahnya bisa mencapai 642 kali lipat," jelas Febri.

Baca Juga: Anak Buah Sri Mulyani Pasang Badan Soal Tudingan Hilirisasi Nikel Jokowi Hanya Untungkan China

Hal ini tentu akan menambah pemasukan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan pajak-pajak lain yang nilainya triliunan rupiah. Dari sini saja sudah terbukti, seperti yang disampaikan oleh Bapak Presiden, jika kita mengekspor bahan mentah, angkanya Rp 17 Triliun, dibandingkan dengan ekspor produk hasil hilirisasi nikel yang mencapai Rp 510 Triliun. Sehingga penerimaan negara dari pajak akan jauh lebih meningkat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI