Peneliti Sebut 57% Polusi Udara DKI Jakarta Disebabkan Transportasi BBM

Achmad Fauzi Suara.Com
Senin, 14 Agustus 2023 | 11:58 WIB
Peneliti Sebut 57% Polusi Udara DKI Jakarta Disebabkan Transportasi BBM
aplikasi cek polusi udara (Freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Polusi udara Ibu Kota Jakarta kian memburuk. Hal ini menyusul telah normalnya aktivitas di DKI Jakarta imbas PPKM yang telah dibuka sepenuhnya.

Peneliti Alpha Research dan Datacenter Ferdy Hasiman mengatakan, Sumber polusi terbesar, dihasilkan oleh kendaraan berbahan bakar bensin dan solar yang menyumbang sebesar 57%.

"Meskipun belum dapat ditentukan proporsi dari kendaraan di jalan raya dan dari emisi off-road (misalnya: kendaraan logistik)," ujarnya yang dikutip, Senin (14/8/2023).
 
Menurutnya, sumber utama non-kendaraan menyumbang 17%–46% termasuk kontribusi dari sumber antropogenik seperti, pembakaran terbuka, kegiatan konstruksi (non-pembakaran) dan debu jalan, juga sumber alam seperti tanah dan garam laut.
 
Di Indonesia, sektor transportasi menjadi salah satu penghasil emisi terbesar. Tahun 2020 emisinya 280 juta ton CO2e. Bandingkan emisi antara kendaraan listrik dan kendaraan BBM.

"Hitungannya begini; 1 liter BBM sama dengan 1,2 kWh listrik. Emisi karbon 1 liter BBM adalah 2,4 kg Co2e. Sementara, emisi karbon 1,2 kWh listrik adalah 1,3 kg Co2e," papar Ferdy.
 
Ferdy menyarankan, kendaraan listrik menjadi solusi untuk mengatasi polusi di Jakarta. Trend global yang mengarah ke mobil listrik ini sangat masuk akal, karena dunia sekarang sedang gencar berkampanye soal transisi energi.

Baca Juga: Imbas Kualitas Udara Buruk, KLHK Minta Pemprov DKI Larang Penggunaan Pertalite

"Dengan transisi energi, kendaraan listrik akan memiliki peran penting dalam mengurangi emisi dan lebih bersih," kata dia.
 
Dia mengatakan, kampanye penggunaan kendaraan listrik ini sebenarnya sudah dilakukan pemerintah di negeri-negara maju, seperti Amerika Serikat, Eropa dan Cina yang mulai melakukan transisi energi.

"Negara-negara itu sudah mulai beralih dari energi tinggi karbon menuju energi bersih. Di sektor otomotif, mereka  sudah mulai meninggalkan kendaraan berbasis fosil menuju kendaraan listrik yang ramah lingkungan. Sektor transportasi menjadi salah satu penghasil emisi besar, sehingga beralih ke kendaraan ramah lingkungan adalah solusi terbaik," imbu dia.
 
Jika menggunakan kendaraan listrik, kata Ferdy, sama dengan mengurangi hampir 50% emisi karbon. Jika kita tidak berbuat sesuatu, maka pada tahun 2060 emisinya akan mencapai 860 Juta ton CO2e per tahun. Satu-satunya cara menurunkan emisi di sektor transportasi adalah dengan mendorong peralihan kendaraan BBM ke listrik.

"Ini merupakan komitmen untuk mengubah dari yang dulunya kotor, menjadi sangat bersih," tandas dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI