Saat pandemi, harga rumput laut mengalami peningkatan sehingga berdampak secara signifikan terhadap perekonomian masyarakat di Nusa Lembongan. Harga rumput laut saat itu mencapai Rp49.000 per kg, tiga kali lipat dari harga rata-rata saat ini.
Meski demikian, masyarakat Nusa Lembongan bertekad tidak akan meninggalkan kembali budi daya rumput laut karena telah terbukti dapat menjadi andalan usaha di saat sektor pariwisata mengalami penurunan seperti saat pandemi Covid-19.
Wayan Ujiana juga menyampaikan, saat ini para petani sedang membutuhkan ketersediaan bibit baru.
"Untuk kebutuhan bibit, selanjutnya akan ditangani dan segera dikoordinasikan," ungkap Menko Airlangga.
Hasil produksi rumput laut Nusa Lembongan umumnya dikirim ke Surabaya untuk diekspor dan untuk memasok kebutuhan bahan baku industri pengolah rumput laut di dalam negeri.
Pengembangan industri rumput laut nasional yang berdaya saing dan berkelanjutan akan dapat menjadi penghela tumbuhnya ekonomi masyarakat pesisir, wilayah perbatasan, dan daerah tertinggal. Industri rumput laut tersebut akan membuka lapangan kerja, meningkatkan perekonomian daerah, dan meningkatkan kontribusi pada perekonomian nasional.
Pembudi daya rumput laut tentunya berharap adanya perhatian lebih dari pemerintah terkait dengan stabilisasi harga, antisipasi tehadap gangguan hama penyakit, pemenuhan bibit berkualitas, dan pembinaan, serta pendampingan, baik dari Pemerintah pusat maupun daerah.