Erick Thohir-Gus Miftah Doa Bersama Harap Persatuan Indonesia Tetap Terjaga

Achmad Fauzi Suara.Com
Sabtu, 12 Agustus 2023 | 12:17 WIB
Erick Thohir-Gus Miftah Doa Bersama Harap Persatuan Indonesia Tetap Terjaga
Menteri BUMN Erick Thohir/Achmad Fauzi
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir melakukan doa bersama dengan Mubaligh Miftah Maulana Habiburrahman atau akrab disapa Gus Miftah. Dalam doanya, kedua publik figur berharap agar persatuan bangsa Indonesia tetap terjaga.

"Selepas salat Jumat kami bersalawat bersama Gus Miftah dari Masjid At-Thohir, berdoa untuk persatuan dan ukhuwah bangsa Indonesia," ujar Erick di Masjid At Thohir yang dikutip, Sabtu (12/8/2023).

Erick pun menyampaikan terimakasih kepada Gus Miftah yang telah berkenan hadir di Masjid yang dibangun untuk mengenang Almarhum Muhammad Thohir itu. 

"Suwun Gus, sudah menyempatkan hadir membagi ilmu di masjid kami. Bismillah, untuk Indonesia yang sejuk, tentram, dan optimistis," kata dia.

Baca Juga: Waskita Karya yang Terancam Tak Berkarya Lagi

Sementara, Gus Miftah mengajak warga negara Indonesia untuk mewaspadai pihak yang mendalami faham radikal. Itu perlu karena penganut radikalisme cenderung tidak suka atas keharmonisan antarumat beragama dan suku bangsa yang saat ini sudah sangat berkembang di Indonesia.

Mubaligh dan pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta ini menyebutkan terdapat lima ciri orang yang radikal. Ciri pertama orang radikal, menurut Gus Miftah adalah  tidak menerima khilafiyah atau perbedaan pendapat, pandangan, atau sikap. Sikap ini terkadang muncul pada persoalan tata cara sholat, seperti tahiyat atau doa qunut. 

"Padahal empat imam mazhab: Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali sendiri berbeda-beda.  Silahkan pilih mau pakai imam yang mana. Salah seorang imam menegaskan, ikuti imam dimana kita berada saat beribadah," imbuh Gus Miftah.

Ciri kedua orang radikal, ujar Gus Miftah, adalah tidak memiliki dasar keilmuaan. Namun, mereka kerap berdalih mengatasnamakan Alquran dan Hadist. 

"Contohnya, ada yang menganggap musrik siapapun yang menyanyikan lagu Padamu Negeri. Padahal hasil dari menyanyikan lagu itu adalah cinta kepada Tanah Air, bukan ibadah?" jelas dia.

Baca Juga: Genting! BUMN Karya Terancam Pailit, Basuki Kirim Surat ke Erick Thohir: Jangan Pakai APBN Buat Bayar Utang

Gus Miftah menyebut, Rasulullah saat meninggalkan Makkah, berdoa sambil menangis dari atas nukit, "Demi Allah kamu Makkah, adalah tanah yang paling saya cintai. Begitu Beliau tiba di Madinah, Beliau berdoa, Ya Allah anugerahkan padaku kota Madinah sebagaimana saya mencintai kota Makkah," kisah Gus Miftah.

Teladan Nabi Muhammad itu, ujar Gus Miftah, menunjukkan bahwa Rasulullah pun sangat mencintai tanah airnya. Sebab, di Makkah lah, Nabi Muhammad dilahirkan, besar, tumbuh, berjuang, dan akhirnya wafat. 

Ciri ketiga orang radikal, ujar Gus Miftah, eksklusif, dan merasa bahwa kunci surga dia yang punya, kelompok lain adalah salah.

Ciri Keempat, adalah anti Pancasila. Menurut Gus Miftah, mereka mengatakan bahwa  Pancasila itu bid'ah, sementara cinta Madinah itu ibadah hanya karena ingin sama dengan Rasulullah.

Ciri kelima orang radikal, menurut Gus Miftah adalah memusuhi orang yang beda agama. "Padahal, Nabi sendiri sampai menghormati jenazah nasrani. Karena menurut Beliau, kita sama-sama mahluk Allah," katanya.

Gus Miftah mengatakan, jangan jadikan perbedaan sebagai sumber permusuhan. Yang harus dijaga adalah jangan sampai terjadi perpecahan. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI