Ekspor RI Kian Lesu, Menko Airlangga Cari 'Obat Kuat'

Selasa, 08 Agustus 2023 | 10:42 WIB
Ekspor RI Kian Lesu, Menko Airlangga Cari 'Obat Kuat'
Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. [Tangkapan layar]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut kondisi ekspor RI kian lesu. Tercatat, bahwa ekspor Indonesia mengalami kontraksi hingga -2,75% pada kuartal II 2023.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian), Airlangga Hartarto pun mengaku tengah mempersiapkan 'obat kuat' yakni dengan mempercepat penyelesaian kesepakatan kerja sama dagang antara Indonesia dengan Uni Eropa (Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement/ IEU-CEPA).

Dia mengungkapkan, bahwa saat ini produk ekspor Indonesia masih dikenakan pajak oleh pemerintah negara-negara Uni Eropa sebesar 10-17%.

Bila nilai pajak ini bisa dikurangi hingga 0% seperti Vietnam, tentu kondisi ini akan berdampak positif pada tingkat ekspor produk dalam negeri.

Baca Juga: Ekonomi RI Tumbuh 5,17%, Menko Airlangga: Diatas Vietnam, AS, Singapura dan Jerman

"Salah satunya adalah percepatan CEPA dengan EU karena sekarang ekspor Indonesia ke EU itu kena biaya masuk 10-17% dimana itu tidak terjadi dengan Vietnam yang sudah 0%," ungkap Menko Airlangga konferensi pers di Kemenko Perekonomian dikutip Selasa (8/8/2023).

Menko menambahkan, hal tersebut menjadi semakin penting.

Pasalnya, nilai ekspor Indonesia ke Eropa mencapai 30%.

Selain itu, dengan IEU-CEPA ini, Indonesia bisa menjadi negara penyuplai di Uni Eropa.

"Kami yakin kalau CEPA ini bisa kita selesaikan di akhir tahun ini, tahun depan kita masih punya room untuk ekspor, karena kita tahu bahwa untuk produk (Indonesia) ke Eropa, misalnya kita ini (ekspor) 30%," ungkap Airlangga.

Baca Juga: Ekspor RI Mulai Kehabisan Tenaga, Wamenkeu Bilang Begini

"Indonesia menjadi Suplai Chain yang reliable. Negara lain (sebagian) besar cuma unrelaible karena mereka mengambil sebuah kebijakan, kemarin lockdown misalnya, tentu itu mengganggu suplai chain keseluruhan," jelasnya lagi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI