Suara.com - Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara angkat suara perihal kinerja ekspor RI pada kuartal II 2023 yang mulai kehabisan tenaga.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan akan terus memantau ekspor ke depannya sebagai langkah evaluasi kinerja ekspor menglami kontraksi -2,75 persen secara year on year (yoy).
"Kami akan terus perhatikan kinerja ekspor," kata Suahasil saat ditemui usai kegiatan Democracy Dialogue The Jakarta Post 40th Anniversary Forum di Jakarta, Senin (7/8/2023).
Menurut Wamenkeu, ekspor yang terkontraksi disebabkan oleh moderasi harga komoditas. Terutama pada 2021 hingga 2022, harga komoditas mengalami lonjakan yang cukup tajam.
Sementara itu, ketika harga komoditas melesat, besar kemungkinan terjadi kontraksi pada tahun berikutnya. Suahasil menyebut kondisi tersebut yang terjadi pada kinerja ekspor nasional Indonesia.
Meski begitu, Suahasil menyoroti sumber pertumbuhan ekonomi lainnya yang menunjukkan kinerja positif. Wamenkeu berharap berbagai aktivitas ekonomi dalam negeri dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi yang kuat bagi Indonesia pada tahun ini.
Sebelumnya BPS memperingatkan pemerintah terkait kinerja ekspor Indonesia yang mengalami kontraksi pada kuartal II 2023 ini. Dari data BPS yang sampaikan bahwa kinerja ekspor mengalami penurunan -2,75 persen.
Kondisi minus ini merupakan yang pertama kali sejak kuartal IV 2020 lalu.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh. Edy Mahmud mengungkapkan bahwa penurunan kinerja ekspor ini terkait harga komoditas yang mengalami penurunan ditingkat global.
Baca Juga: Bahan Bakar Komoditas Habis, Ekspor RI Enggak 'Ngegas' Lagi
"Selama 2021 dan 2022 Indonesia mendapatkan windfall kenaikan price commodity utama ekspor di pasar global sehingga selalu tumbuh positif secara year on year," ungkap Edy dalam konfrensi persnya di Jakarta, Senin (7/8/2023).