Suara.com - Desain longspan atau jalur lengkung LRT Jabodebek tengah disorot oleh publik. Hal ini lantaran adanya pernyataan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo yang menyebut bahwa desain Longspan LRT Jabodebek itu salah.
Namun terlepas dari hal ini, longspan LRT Jabodebek pernah mendapat rekor dunia dalam proses konstruksi. Jauh ke belakang, Direktur Utama PT Adhi Karya kala itu Budi Harto menyebut bahwa, longspan LRT Jabodebek mendapat rekor sebagai jembatan terpanjang di dunia.
Dua jembatan yang tercatat sebagai menembus rekor dunia itu berada di longspan JORR dan jembatan lengkung terpanjang di Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan.
"Proyek LRT Jabodebek akan ada dua tempat rekor dunia yang pertama di long span JORR, ini terpanjang untuk kontruksi u-box grider sebelumnya di Dubai u-box untuk kereta 70 meter tetapi punya kita 90 meter," kata Budi Harto beberapa waktu silam
Baca Juga: LRT Jabodebek Disebut Salah Desain, Jokowi: Yah Diperbaiki
Budi Harto menuturkan, jembatan lengkung terpanjang di daerah Rasuna Said tersebut memiliki panjang sekitar 158 meter dengan struktur yang sama menggunakan u-box grider.
Salah Desain
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo bikin heboh karena menyebut proyek LRT Jabodebek dibuat tak sesuai dengan perencanaan awal yang matang alias salah desain.
Baca Juga:
Cek Spesifikasi Kereta LRT, Ini Alasan Kenapa Tidak Segera Beroperasi
Dirinya mencontohkan salah satunya terkait dengan longspan atau jembatan lengkung bentang panjang yang berada dibawah jalan Gatot Subroto hingga jalan Kuningan, Jakarta Selatan.
Baca Juga: Borok Proyek LRT Jabodebek Diungkap: Longspan Salah Desain, Hingga Spek Kereta yang Berbeda
"Itu salah desain karena dulu Adhi (PT Adhi Karya) sudah bangun jembatannya, dia nggak ngetes sudut kemiringan keretanya," kata Tiko sapaan akrabnya dalam acara InJourney Talks secara daring yang dikutip Rabu (2/8/2023).
Menurut dia seharusnya Adhi Karya membuat jembatan lengkung tersebut dengan lebar, bukan yang ada seperti sekarang yang memiliki space terbatas, hal ini kata dia akan berdampak pada kecepatan kereta yang akan lewat.
"Jadi sekarang kalau belok harus pelan sekali, karena harusnya lebih lebar tikungannya," paparnya.
"Kalau tikungannya lebih lebar dia bisa belok sambil speed up, karena tikungannya sekarang udah terlanjur dibikin sempit, mau nggak mau keretanya harus jalan hanya 20 km/jam, pelan banget," tambahnya.
Tak hanya itu masalah lain muncul terkait software yang harus dimiliki oleh kereta tanpa masinis tersebut. Dia bilang Siemens yang merupakan penyedia software LRT Jabodebek memprotes karena spesifikasi kereta yang dibua PT INKA (Persero) tidak sama satu dengan lainnya.
"Siemens suatu hari call meeting, komplain sama saya. Pak ini software-nya naik cost-nya, kenapa, spec keretanya INKA ini baik dimensi, berat maupun kecepatan dan pengeremannya berbeda-beda satu sama lain," papar Tiko.
"Jadi 31 kereta beda spec semua, jadi software-nya mesti dibikin toleransinya lebih lebar supaya bisa meng-capture berbagai macam spec tadi itu," tambahnya.