Suara.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) angkat suara perihal viralnya pernyataan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo soal pembangunan proyek LRT Jabodebek yang tidak sesuai desain.
Jokowi pun sampai-sampai menjajal ulang kembali proyek senilai Rp32,5 triliun tersebut untuk yang kesian kalinya.
Jokowi mengatakan jika pembangunan proyek seperti LRT, MRT ataupun Kereta Cepat masih ditemukan banyak kekurangan sangatlah lumrah, kerena ini merupakan proyek pembangunan transportasi yang dibuat pertama kalinya di Indonesia.
"MRT, LRT itu juga baru pertama kali kita bangun, baru pertama kali semua, Kereta Cepat juga baru pertama kali," kata Jokowi usai menjajal LRT Jabodebek, Kamis (3/8/2023).
Baca Juga: Sultan Rifat Korban Jeratan Kabel Optik Tulis Surat untuk Presiden Jokowi dan Mahfud MD
Namun kata dia yang paling pentimg dalam sebuah proyek pembangunan transportasi tentu adalah rasa aman dan kenyamanan yang diperhtikan lebih dulu.
"Jadi kalau ada hal yang masih kurang sempurna, masih ada perbaikan, masih ada koreksi, ya memang semuanya harus dievaluasi, gak bisa bagus gak, yang paling penting keselamatan dan keamanan, udah," tegasnya.
Segala kekurangan dalam setiap proyek tersebut lanjut Jokowi seharusnya bisa untuk diperbaiki.
"Ya diperbaiki kalau memang kemarin masih ada masalah itu apa, pintu kurang 30 (pintu gerbong dan pintu peron terbuka selama 30 detik), kita ini udah bolak-balik makanya uji coba ini penting sekali agar betul-betul nanti pada saat digunakan masyarakat keselamatan dan keamanannya baik semuanya," katanya.
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo bikin heboh karena menyebut proyek LRT Jabodebek dibuat tak sesuai dengan perencanaan awal yang matang alias salah desain.
Baca Juga: Usai Disebut Salah Desain, Jokowi Tiba-tiba Jajal LRT Jabodebek
Dirinya mencontohkan salah satunya terkait dengan longspan atau jembatan lengkung bentang panjang yang berada dibawah jalan Gatot Subroto hingga jalan Kuningan, Jakarta Selatan.
"Itu salah desain karena dulu Adhi (PT Adhi Karya) sudah bangun jembatannya, dia nggak ngetes sudut kemiringan keretanya," kata Tiko sapaan akrabnya dalam acara InJourney Talks secara daring yang dikutip Rabu (2/8/2023).
Menurut dia seharusnya Adhi Karya membuat jembatan lengkung tersebut dengan lebar, bukan yang ada seperti sekarang yang memiliki space terbatas, hal ini kata dia akan berdampak pada kecepatan kereta yang akan lewat.
"Jadi sekarang kalau belok harus pelan sekali, karena harusnya lebih lebar tikungannya," paparnya.
"Kalau tikungannya lebih lebar dia bisa belok sambil speed up, karena tikungannya sekarang udah terlanjur dibikin sempit, mau nggak mau keretanya harus jalan hanya 20 km/jam, pelan banget," tambahnya.
Tak hanya itu masalah lain muncul terkait software yang harus dimiliki oleh kereta tanpa masinis tersebut. Dia bilang Siemens yang merupakan penyedia software LRT Jabodebek memprotes karena spesifikasi kereta yang dibua PT INKA (Persero) tidak sama satu dengan lainnya.
"Siemens suatu hari call meeting, komplain sama saya. Pak ini software-nya naik cost-nya, kenapa, spec keretanya INKA ini baik dimensi, berat maupun kecepatan dan pengeremannya berbeda-beda satu sama lain," papar Tiko.
"Jadi 31 kereta beda spec semua, jadi software-nya mesti dibikin toleransinya lebih lebar supaya bisa meng-capture berbagai macam spec tadi itu," tambahnya.
Sejumlah borok proyek senilai Rp32,5 triliun ini diketahui usai dirinya membentuk tim project management office (PMO) untuk memastikan integrasi proyek tersebut tercipta.
"Jadi semua komponen project ini berjalan liar, tanpa ada integrator di tengah," katanya.