Suara.com - Hakuhodo Institute of Life and Living (HILL) ASEAN, perusahaan institusi yang berada di bawah naungan salah satu perusahaan periklanan ternama di Jepang, Hakuhodo Inc mengumumkan hasil riset mereka tentang sikap dan perilaku Emerging Affluent. Dalam riset ini, Emerging Affluent dikategorikan ke dalam segmen masyarakat yang berada di atas middle class, namun di bawah crazy rich.
Berdasarkan survei HILL ASEAN yang dilakukan pada September-Oktober 2022 terhadap 2.330 responden, Emerging Affluent adalah segmen kelas atas yang belum teridentifikasi. Padahal mereka memiliki tekad dan dorongan yang kuat demi meningkatkan pendapatan dan status sosial ekonomi mereka. Dengan kata lain, Emerging Affluent merupakan kontributor kuat dalam menggerakkan perekonomian di ASEAN.
"Meski tiap individu dalam kelompok ini berbeda satu sama lain baik dalam hal gaya hidup, perilaku konsumsi, preferensi merek serta nilai yang dipercaya, namun para individu yang rendah hati ini sangat bersemangat untuk mencapai stabilitas dalam hidup," tutur Direktur Hakuhodo Internasional Indonesia, Devi Attamimi dalam Forum HILL ASEAN ke-9 yang diselenggarakan di Soehanna Hall SCBD, Jakarta Selatan, Selasa, (1/8/2023).
Hasil temuan HILL ASEAN juga mengungkapkan bagaimana karakteristik Emerging Affluent. Dari latar belakang, mereka mayoritas memiliki motif kuat untuk menjadi individu yang lebih sejahtera, dengan tekad dan dorongan untuk membangun kehidupan yang lebih baik. Mereka percaya bahwa upaya bukanlah satu-satunya hal yang menentukan, namun selalu ada yang membantu dari berbagai sumber, termasuk pertolongan Tuhan dan kuasa semesta (an invisible hand), hingga mereka bisa mencapai status kehidupan saat ini.

"Perspektif ini membuat mereka tetap realistis dan rendah hati," imbuh Devi.
Dari sikap kehidupan, mereka memiliki karakter strategis dalam dalam berpikir dan berperilaku. Oleh karena itu, Emerging Affluent memiliki rencana hidup yang realistis secara jangka panjang, karena yang dicari adalah stabilitas dan membangun aset kehidupan secara horizontal. Ciri lain dari Emerging Affluent dari sisi kehidupan adalah memilih sikap sebagai "runner-up" untuk mengurangi tekanan tuntutan terhadap diri sendiri dan sebaliknya memaksimalkan potensi terbaik sesuai kecepatan dan kemampuan diri sendiri.
"Tidak menjalani gaya hidup yang berlebihan dan menghindari perhatian yang tidak diinginkan, atau yang berpotensi mengalihkan mereka dari tujuan," imbuhnya.
Sementara itu dari sisi perilaku konsumen, Emerging Affluent memiliki sifat yang tidak impulsif. Mereka tidak melulu keputusan belanja berdasarkan citra merek, mereka lebih memprioritaskan manfaat fungsionalnya. Bijak menggunakan merek sebagai social passports untuk membantu memperkuat status dan kepercayaan orang lain terhadap diri mereka.
"Umumnya enggan berbelanja secara royal, namun akan membelanjakan uang untuk keluarga," kata dia.
Baca Juga: Hasil Lengkap Proses Lisensi Klub ASEAN oleh AFC, Indonesia Kalah Telak!
Terakhir dari sisi pendekatan media, Emerging Affluent terampil dalam mengumpulkan informasi-khususnya yang terkait dengan keuangan dan membaginya dengan orang lain. Dapat disebut sebagai humble braggers yang tidak segan berbagi pengetahuan dengan keluarga mereka di media sosial.