Suara.com - Energi baru terbarukan (EBT) telah menjadi perhatian pemerintah untuk menyikapi pemanasan global yang terjadi di berbagai kawasan. Begitu juga yang dilakukan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam mengoptimalkan EBT di daerahnya.
Ganjar mengatakan komitmen dalam melakukan optimalisasi EBT di Jawa Tengah telah dimulai setidaknya sejak tahun 2019.
Pemprov Jawa Tengah melalui Dinas ESDM memasang pembangkit listrik tenagah surya (PLTS) di setiap kantor organisasi perangkat daerah (OPD), termasuk DPRD Jawa Tengah dan beberapa lembaga pendidikan, termasuk pondok pesantren.
Penggunaan PLTS tersebut tidak hanya untuk menurunkan emisi karbon, tetapi juga memiliki manfaat ekonomis seperti pengeluaran listrik yang bisa dipangkas sekitar 30-40 persen.
Baca Juga: Sri Mulyani Sindir Soal Pemanfaatan EBT RI yang Masih Rendah, ESDM Angkat Suara
"Ini perlu dimulai. Jadi kalau bicara renewable energy kita sudah memulai beberapa yang bisa kita lakukan. Umpama geotermal, Jawa Tengah ada beberapa titik potensial yang sudah dilakukan, panel surya kita bisa melakukan," ujar Ganjar ditulis Rabu (26/7/2023).
Dalam upaya optimalisasi potensi EBT, Ganjar juga menggerakkan pembangunan pembangkit listrik tenaga mini hidro (PLTM) yang berada di Banjaran dan Logawa, Kabupaten Banyumas. Kapasitas PLTM tersebut sebesar 16.757.000 Kwh yang berdiri di lahan seluas 28.000 m2
Adapun Potensi energi terbarukan di Jawa Tengah, antara lain terdiri dari pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB), pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBm) dan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP).
Ganjar juga memperkuat komitmen penerapan EBT di Jawa Tengah, melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Langkah itu diapresiasi Institute for Essentiol Services Reform (IESR) saat rangkaian G20 Side Event di Bali tahun lalu.
Hal itu yang mendorong Ganjar untuk terus mengupayakan optimalisasi EBT, serta pengembangan dan keberlanjutannya untuk mereduksi dampak pemanasan global.
Baca Juga: PLN IP Kebut Transisi Energi dengan Perkaya Kompetensi Teknologi di Bidang Energi Baru Terbarukan
"Dalam skala-skala yang mungkin belum terlalu besar tapi bisa dimanfaatkan umpama sampah, ini juga ekonomi sirkular, waste to energy bisa dilakukan," kata Ganjar.
"Ada potensi gas rawa yang hari ini di beberapa desa kita juga sudah lakukan. Kalau ini semua kita dorong terus-menerus, transformasi menuju green energy akan lebih cepat," sambung Ganjar.
Sejumlah proyek yang dibangun sebagai wujud penerapan EBT di Jawa Tengah antara lain PLTS terapung Waduk Wadaslintang dan pengembangan pembangkit listrik tenaga geothermal di Candi Umbul Telomoyo.
Selain itu, Jawa Tengah juga telah memiliki 2.353 Desa Mandiri Energi (DME) yang membuat Jawa Tengah jadi percontohan pengembangan EBT. Dari 2.353 desa mandiri energi, terdiri atas 2.167 desa mandiri energi inisiatif, 160 desa mandiri energi berkembang, dan 26 desa mandiri mapan yang tersebar di 35 kabupaten dan kota se-Jawa Tengah.
Keberhasilan transisi energi tersebut memberikan beragam manfaat. Di antaranya, biaya sistem kelistrikan yang lebih murah, diversifikasi ekonomi, pengembangan industri baru, munculnya lapangan kerja hijau, perbaikan kualitas udara, tanah, dan air, serta penurunan biaya kesehatan.