Kupas Grey Area Pekerja Gig hingga Etika dalam Pasar Ketenagakerjaan di Global Summer Week 2023

Iman Firmansyah Suara.Com
Jum'at, 14 Juli 2023 | 12:30 WIB
Kupas Grey Area Pekerja Gig hingga Etika dalam Pasar Ketenagakerjaan di Global Summer Week 2023
Caption: Ramavito Mountaino, Chief Financial Officer EdenFarm memaparkan tema “Ethics on Labour Market” dalam acara Global Summer Week yang diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Gadjah Mada, Rabu (12/7/2023). (Istimewa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kinerja perekonomian yang baik tentu identik dengan perkembangan pasar tenaga kerja yang juga membaik.

Dilansir dari Badan Pusat Statistik Indonesia, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) per Februari 2023 kembali menurun menjadi 5,45% dari sebelumnya 5,83% pada Agustus 2022.

Seiring dengan perkembangan pasar kerja, menurut data World Bank tahun 2021, Indonesia memiliki 1,2 juta digital gig workers, atau mereka yang bekerja berdasarkan proyek tertentu dalam waktu singkat, tanpa hubungan kerja dengan pemberi kerja.

Dimana dari jumlah tersebut, 49% bekerja di bidang creative dan multimedia, 21% clerical dan data entry, dan 14% jasa penulisan dan penerjemah.

Baca Juga: Punya Bisnis Mentereng hingga Saham di Kelab, Nikita Mirzani Malah Kepergok Pakai Baju Robek

Dalam salah satu topik pada Global Summer Week, yang diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Gadjah Mada, Rabu (12/7/2023), Ramavito Mountaino, Co-Founder dan Chief Financial Officer EdenFarm; berbagi ilmu dengan para peserta workshop mengenai Ethics on Labor Market, atau etika dalam pasar ketenagakerjaan di Indonesia, termasuk wilayah abu-abu bagi para gig worker.

Dijelaskan oleh Ramavito, bahwa terdapat pro dan kontra dalam gig economy. Bagi perusahaan, gig economy mendukung fleksibilitas dalam cost sehingga perusahaan dapat bertumbuh dengan lebih cepat, dan bagi pekerja gig economy dapat menjadi sumber pendapatan dengan jam kerja yang lebih fleksibel.

“Namun masih ada grey area atau wilayah abu-abu yang menyebabkan pekerja gig rentan akan terminasi sepihak, tidak terlindungi oleh asuransi kesehatan, upah tidak mengacu pada regulasi dan hanya ditentukan berdasarkan kesepakatan antara pekerja gig dan pencari kerja, serta jam kerja yang biasanya lebih panjang dari pekerja tetap pada umumnya,” paparnya.

EdenFarm, startup food-service yang berfokus pada pasar B2B, saat ini merupakan lapangan pekerjaan bagi lebih dari 600 karyawan tetap. Selain karyawan tetap, EdenFarm juga didukung oleh pekerja harian untuk kegiatan operasional perusahaan seperti pengelolaan Eden Collection Facilities (ECF) & Eden Fulfillment Center (EFC).

“Kami juga bermitra dengan outsource company untuk pemenuhan kurir logistik produk segar, dan tentunya dengan para petani. Hingga pertengahan tahun ini kami telah memiliki 5.000 mitra tani yang tersebar di pulau Jawa,” ujar Ramavito.

Baca Juga: Denise Chariesta Ternyata Kaya Raya Meski Open Donasi, Punya Banyak Sumber Cuan

Ramavito menekankan bahwa secara etika ada berbagai hal yang perlu menjadi pokok kesepakatan antara pekerja dengan pemberi kerja, antara lain gaji pokok, BPJS, dan cuti tahunan. Dengan perkembangan era yang semakin modern, saat ini EdenFarm juga memberikan berbagai tunjangan tambahan, seperti tunjangan akomodasi dan komunikasi, cuti ulang tahun, asuransi kesehatan untuk keluarga dan reward program sebagai wujud apresiasi kepada karyawan dengan performa terbaik.

Dalam hal pengembangan kompetensi, EdenFarm memiliki Eden Learning Center yang secara rutin mengadakan webinar bulanan dengan berbagai topik menarik, hingga pelatihan-pelatihan bagi karyawan yang didukung oleh perusahaan.

“Kami percaya karyawan memainkan peranan penting dalam pertumbuhan bisnis. EdenFarm berupaya untuk menyediakan lingkungan kerja yang aman bagi seluruh karyawan dan menetapkan kode etik perusahaan atau code of conduct guna memastikan lingkungan kerja yang aman dan kondusif bagi seluruh karyawan,” tutup Vito.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI