Data Inflasi AS Berpotensi Picu Harga Bitcoin Semakin Meroket

M Nurhadi Suara.Com
Kamis, 13 Juli 2023 | 19:46 WIB
Data Inflasi AS Berpotensi Picu Harga Bitcoin Semakin Meroket
Ilustrasi uang kripto (Pixabay).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Trader Eksternal Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, melihat bahwa rilis data inflasi Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) Amerika Serikat (AS) pada bulan Juni 2023 mengejutkan dengan adanya kecenderungan optimisme di pasar kripto dan Bitcoin (BTC).

Angka terbaru menunjukkan penurunan inflasi yang mengejutkan, memicu harapan akan prospek yang positif. Namun, investor belum sepenuhnya antusias untuk terlibat langsung dalam pasar dan melakukan akumulasi.

Fyqieh mengatakan bahwa seringkali ada reaksi awal yang positif di pasar setelah rilis CPI AS yang menggembirakan. Reli ini biasanya berlangsung selama 5 hingga 15 menit. Namun, setelah reli tersebut, harga mulai melemah dan menjadi jebakan bullish. Harga kripto, terutama Bitcoin, kemudian cenderung mencari likuiditas.

Biro Statistik Tenaga Kerja AS mencatat bahwa pada bulan Juni, Indeks Harga Konsumen (CPI) atau inflasi naik 0,2 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) dan 3 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih rendah dari ekspektasi sebesar 3,1 persen. Angka ini menunjukkan penurunan yang signifikan dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 4 persen (yoy).

Baca Juga: Waspada Inflasi Tak Terkendali, CEO BlackRock Sebut Bitcoin Lebih Baik dari Emas

Setelah pengumuman data CPI AS terbaru pada Kamis malam (12/7/2023), harga Bitcoin sempat naik menjadi 30.905 dolar AS dari 30.750 dolar AS, sebelum kemudian turun menjadi 30.802,4 dolar AS beberapa menit kemudian.

Mayoritas altcoin dalam 10 aset kripto teratas berdasarkan kapitalisasi pasar mencatat kenaikan di bawah 1 persen dalam 24 jam terakhir.

Menurut Fyqieh, salah satu alasan mengapa harga Bitcoin tidak naik adalah karena pelaku pasar masih percaya bahwa Bank Sentral AS, The Fed, akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan 25-26 Juli mendatang.

Berdasarkan data alat CME FedWatch, pelaku pasar yakin sebesar 91 persen bahwa suku bunga akan naik sebesar 0,25 persen pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bulan ini. Keputusan tersebut akan membawa suku bunga ke kisaran 5,25 persen hingga 5,50 persen. Angka inflasi AS bulan Juni kemungkinan akan mempengaruhi keputusan The Fed.

Fyqieh mengatakan bahwa upaya The Fed tampaknya telah berhasil, dengan penurunan inflasi tahunan sebesar 1 persen dari bulan sebelumnya. Namun, data inflasi yang sangat baik tidak akan mencegah The Fed untuk menaikkan suku bunga bulan ini.

Baca Juga: Tokoin Masuk Dalam Daftar 501 Aset Kripto Legal Bappebti

"Perlu dicatat bahwa kenaikan suku bunga nanti berpotensi menjadi yang terakhir dalam siklus saat ini," katanya, dikutip melalui Antara.

Meskipun inflasi utama cenderung rendah dan mendekati target 2 persen dengan cepat, namun indeks harga konsumen untuk makanan dan energi masih sangat tinggi, yang menyebabkan kekhawatiran akan munculnya inflasi yang lebih tinggi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI