Suara.com - Total tiga rangkaian KRL baru rencananya akan didatangkan PT KAI Commuter Indonesia (KCI) dari Jepang ke Indonesia pada 2024.
Wakil Menteri Perekonomian KAI Commuter, Anne Purba menyampaikan, sudah dilakukan kajian administratif, teknis, dan negosiasi dengan produsen Jepang terkait hal ini. Meski demikian, ia belum mengungkapkan pabrikan mana KRL tersebut akan dibeli.
Diharapkan, kontrak impor KRL terpenuhi pada September tahun ini sebelum akhirnya dilakukan proses produksi, pengiriman, dan sertifikasi akan berlangsung selama 14 hingga 15 bulan ke depan untuk mengoperasikan kereta.
"Kami sedang membangun tiga KRL baru tahun ini dan diharapkan dapat beroperasi pada 2024. Ini akan memakan waktu 14 hingga 15 bulan," kata Anne pada Selasa (7/11/2023) lalu.
Baca Juga: Viral! Aksi Pria Mesum Onani di Gerbong KRL Tangerang, Begini Pengakuan Saksi Mata
Tidak hanya akuisisi KRL baru, pihaknya juga akan membeli 24 KRL baru dari PT Industri Kereta Api (INKA) hingga 2027. Lebih tepatnya, akan ada 16 rangkaian baru dalam kurun waktu 2025-2026. Delapan sisanya akan selesai pada 2027. Selain itu, KCI juga sedang melakukan pembaharuan alias peremajaan KRL yang saat ini harus ditiadakan. Jumlah KRL yang akan direkonstruksi adalah 19 lingkaran.
Konversi ini diperkirakan akan memakan waktu 14 hingga 15 bulan. KCI dan INKA juga akan melintasi KRL secara bertahap, empat sirkuit per sesi hingga 2027.
“Jadi setiap tahun ada empat KA. Setelah empat KA selesai, dikembalikan ke kami, lalu empat KA lagi diambil alih hingga 2027. Ini sedang kami persiapkan untuk lima tahun ke depan,” jelasnya.
Nantinya, akan ada penataan ulang layanan KRL Jabodetabek guna memecah kepadatan penumpang. Konsolidasi dilakukan dengan mengurangi jumlah gerbong pada trayek dengan jarak pendek atau waktu tempuh antar stasiun.
Anne mencontohkan jalur Jakarta Kota-Bogor. KRL yang biasa digunakan adalah KRL dengan 12 gerbong atau Formasi (SF) 12. Karena jumlah KA yang lebih sedikit, KRL yang digunakan adalah SF8 atau 8 gerbong, sehingga tidak ada pengurangan perjalanan KA.
“Frekuensinya tetap kita jaga, meski jumlah keretanya lebih sedikit. Misalnya, dalam perjalanan tiga menit, sebenarnya ada 16 kereta dalam enam menit,” kata Anne.
Sedangkan KCI tetap menawarkan 12 unit ganda untuk rute jarak jauh. “Dibandingkan dengan rute Rangkasbitung misalnya yang rutenya panjang, kita masih pakai SF12, dia (penumpang) menunggu lama, padahal banyak,” kata Anne.