Suara.com - Sebagai produsen amonia dan urea terbesar di Asia Tenggara, PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) berkomitmen untuk menerapkan prinsip-prinsip bisnis yang berkelanjutan dan mengukuhkan posisinya sebagai pioneer transformasi hijau di industri petrokimia Tanah Air.
Bukan hanya sekedar memenuhi kewajiban, namun komitmen ini telah melekat di setiap lini kegiatan yang dijalankan oleh PKT sendiri. Inisiatif Environmental, Social and Governance (ESG) yang dilakukan oleh perusahaan telah diakui secara luas melalui berbagai penghargaan dan pengakuan baik di tingkat nasional maupun global.
Inisiatif yang dijalankan oleh PKT ini selaras dengan hadirnya ajang penghargaan Transparansi Emisi Korporasi 2023 atas upaya perusahaan dalam mengurangi emisi karbon dalam setiap proses lini bisnis perusahaan.
Dalam ajang yang diselenggarakan oleh B-Universe yang bekerja sama dengan Bumi Global Karbon Foundation (BGK Foundation), PKT menyabet dua penghargaan Transparansi Penurunan Emisi Korporasi Kategori Green Elite serta penghargaan Transparansi Perhitungan Emisi Korporasi Kategori Platinum Plus.
Baca Juga: Pupuk Kaltim Paparkan Potensi Pengembangan Pabrik Petrokimia di Papua Barat
Direktur Utama PKT, Rahmad Pribadi menyambut positif apresiasi yang diberikan kepada PKT ini dengan senantiasa terus berkomitmen untuk melaksanakan berbagai program penurunan emisi yang berkelanjutan demi mewujudkan lingkungan yang lebih baik.
“Bagi PKT, ESG bukan sekadar kepatuhan melainkan cara hidup. Kami memulai perencanaan dengan orientasi ESG dan mengukur hasil kinerja kami juga dengan ESG. PKT sebagai produsen pupuk urea terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara juga berkomitmen menjadi pioneer dalam Transformasi Hijau Industri Petrokimia. Raihan penghargaan ini merupakan bukti nyata dedikasi seluruh insan PKT yang senantiasa berkomitmen bersama perusahaan dalam menggali inovasi dan teknologi untuk menerapkan praktik bisnis berkelanjutan di lingkup PKT. Dari semua hal yang kami lakukan itu, alhamdulillah, ternyata penerapan ESG itu berdampak lurus dengan kinerja finansial di PKT dengan capaian laba bersih sebesar Rp 14,59 triliun tahun 2022 lalu.” ujar Rahmad pada sambutan keberhasilan dalam meraih penghargaan Transparansi Emisi Karbon 2023.
Saat ini, PKT menjalankan serangkaian program untuk menekan emisi karbon melalui penerapan ESG secara komprehensif yang telah direalisasikan melalui berbagai program yang di antaranya adalah pengembangan green ammonia, pembangunan pabrik soda ash, community forest, dan pemanfaatan sumber-sumber energi terbarukan.
Konsistensi dari penerapan ESG yang komprehensif ini juga telah terbukti dengan keberhasilan PKT dalam menduduki peringkat pertama dunia pada kategori Agrochemical berdasarkan standar ESG Risk Rating dari Sustainalytics.
Beberapa usaha penurunan emisi karbon pun sudah diterapkan di PKT, seperti penggunaan PLTS, dan peralihan operasional dari konvensional ke motor dan mobil listrik.
Baca Juga: PGN Suplai Gas 10,5 BBTUD ke Lotte Chemical Indonesia Dukung untuk Subtitusi Petrokimia Impor
Ke depannya PKT juga akan berfokus pada pengembangan inovasi dan teknologi untuk mengeksplorasi penggunaan energi yang terbarukan, termasuk green ammonia.
Inovasi yang dikembangkan oleh PKT ini juga bertujuan mendukung target pemerintah untuk mengurangi emisi karbon yang capaian komitmennya tertuang dalam Nationally Determined Contribution (NDC) sebesar 31,89 persen di tahun 2030 serta target lainnya, yaitu Net Zero Emission di 2060.
PKT sendiri pun berkomitmen untuk berkontribusi pada lingkungan hidup dalam upaya dekarbonisasi dengan mencapai target penurunan emisi sebanyak 32 persen.
Sementara itu, Pemimpin Redaksi Investor Daily, Djaka Susila mengungkapkan bahwa melalui ajang penghargaan di bidang lingkungan ini mampu memotivasi perusahaan-perusahaan untuk dapat berkolaborasi dalam menggiatkan pengurangan emisi karbon Tanah Air.
“Kita berharap penganugerahan & penghargaan ini bisa memacu kita semua untuk terus peduli pada lingkungan di sekitar kita, Indonesia ini, karena emisi karbon selalu menjadi tantangan bagi kita, bagi perusahaan untuk terus bisa mengurangi emisi karbon. Saat ini Indonesia berada di posisi yang cukup sulit untuk pengurangan emisi karbon, karena ada beberapa catatan sumber yang mengatakan bahwa posisi Indonesia berada di peringkat 10 besar bahkan 6 besar penyumbang emisi karbon di dunia. Dan saya yakin 104 perusahaan yang hadir ini memiliki kepedulian yang tinggi dan berkolaborasi pemerintah untuk melakukan pengurangan emisi karbon saat ini.” tutup Djaka.