Libur Panjang Tiba, Rupiah Berakhir Ceria

Selasa, 27 Juni 2023 | 16:24 WIB
Libur Panjang Tiba, Rupiah Berakhir Ceria
Nilai tukar rupiah pada penutupan menjelang libur panjang Idul Adha 1444 Hijriah berakhir ceria, pasalnya mata uang Garuda berhasil ditutup menguat.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nilai tukar rupiah pada penutupan menjelang libur panjang Idul Adha 1444 Hijriah berakhir ceria, pasalnya mata uang Garuda berhasil ditutup menguat.

Mengutip pasar spot, Selasa (27/6/2023) rupiah berada di level Rp14.993 per dolar AS menguat 28 poin atau 0,19 persen dari perdagangan sebelumnya.

Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp15 ribu per dolar AS.

Sementara itu mata uang di kawasan Asia lainnya bergerak bervariasi. Yen Jepang melemah 0,10 persen, baht Thailand melemah 0,01 persen, peso Filipina menguat 0,68 persen, won Korea Selatan menguat 0,43 persen, dan yuan China menguat 0,36 persen.

Baca Juga: Indonesia Siap Redenominasi Rupiah, Sebuah Kemajuan atau Kemunduran? Netter: Foto Tabungan Dulu Gak Sih!

Sementara dolar Singapura juga menguat 0,28 persen dan dolar Hong Kong melemah 0,03 persen pada penutupan perdagangan sore ini.

Pengamat pasar uang dan Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pergerakan rupiah ditopang oleh beragam faktor eksternal seperti ketegangan di Rusia yang tetap tinggi sementara para pedagang menunggu rilis data ekonomi yang dapat menentukan waktu kenaikan suku bunga Federal Reserve di masa depan.

"Presiden Rusia Vladimir Putin membuat pidato di televisi pada Senin malam, menyatakan bahwa dia sengaja membiarkan pemberontakan jangka pendek akhir pekan oleh kelompok tentara bayaran Wagner berlangsung selama itu untuk menghindari pertumpahan darah," kata Ibrahim dikutip Selasa (27/6/2023).

Ibrahim menambahkan, pidato Putin meninggalkan pertanyaan atas otoritasnya, tetapi ketegangan geopolitik ini diragukan akan hilang dengan cepat, dan dengan demikian selera risiko akan berada di bawah tekanan untuk beberapa waktu.

Selain peristiwa di Rusia, sentimen rupiah tetap tertekan oleh kekhawatiran atas inflasi dan potensi bank sentral, dan Federal Reserve khususnya, untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.

Baca Juga: Fight Back! Rupiah Hajar Dolar AS Jelang Libur Panjang Idul Adha

Indeks inflasi pilihan Federal Reserve, indeks PCE inti, akan dirilis pada hari Jumat, dan dapat menjadi masukan data penting karena Fed menuju pertemuan kebijakan berikutnya pada bulan Juli. Sebelum itu, Selasa terlihat rilis penjualan rumah baru terbaru, izin bangunan, dan pesanan barang tahan lama.

Kenaikan suku bunga di Eropa dimana kenaikan suku bunga masih di bawah tingkat inflasi di zona Eropa, yaitu suku bunga acuan di level 3,75% dengan inflasi 6,1%. Namun, hal ini sudah menimbulkan dampak terhadap kemungkinan pelemahan ekonomi.

"Sementara itu, inflasi di Indonesia masih dalam posisi yang trennya sesuai dengan proyeksi, yaitu penurunan terutama disumbangkan oleh inflasi volatile food yang mengalami penurunan cukup tajam sebesar 3,3 persen dan inflasi inti ke 2,7 persen. Sehingga dampak pelambatan ekonomi global tidak terlalu berdampak terhadap perekonomian Indonesia sehingga mata uang rupiah masih sesuai dengan fundamentalnya," pungkas Ibrahim.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI