Suara.com - Jakarta bakal berusia 496 tahun pada tahun 22 Juni mendatang. Meski berusia ratusan tahun, Ibu Kota Indonesia ini masih mengalami permalahan klasik yaitu kemacetan.
Pengamat Transportasi, Djoko Setijowarno menilai, Kemacetan masih mendera setiap hari pada hari kerja di Jakarta.
"Target memindahkan pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum belum berhasil, meski jumlah armada dan cakupan layanan Transjakarta semakin meningkat setiap tahunnya," ujarnya di Jakarta, Selasa (20/6/2023).
Menurut Djoko, perbaikan layanan angkutan umum di Jakarta tidak diikuti oleh daerah penyangganya. Baru dua daerah yang memiliki angkutan umum, yakni Kota Bogor (Bus Trans Pakuan) dan Kota Tangerang (Bus Tayo).
Baca Juga: Bakal Diperbaiki, Pemprov DKI Larang Warga Lintasi Jembatan Marunda yang Rusak Parah
Jakarta tidak akan bisa sendirian atasi kemacetannya. Kota Jakarta butuh partner atau mitra pendukung untuk berani melakukan kebijakan menekan strategi, dan itu sebenarnya sudah berjalan di masa BPTJ sebelum masa pandemi.
Untuk mengurai kemacetan yang disumbang dari wilayah penyangga (Bodetabek), Pemprov. DKI Jakarta dapat berkoordinasi dengan wilayah penyangga melalui Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ).
"Strategi push (mendorong) dan pull (menarik) dalam mengurai kemacetan di Jakarta perlu segera diterapkan," kata Djoko.
Disamping itu, masyarakat yang beraktivitas di Jakarta tidak hanya warga Jakarta, namun warga Bodetabek sebagai daerah penyangga Ibukota Jakarta.
Pertumbuhuan penduduk yang pesat di Jakarta menjadi dua kali lipat dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun.
Baca Juga: Simpang Hek Kramat Jati Langganan Banjir, Pemprov DKI Bakal Tinggikan Tanggul Kali Baru
"Disamping itu, lebih dari 60 persen penduduk bergantung pada kendaraan pribadi," pungkas Djoko.