Wabah Jadi Berkah: Kisah Empat UMKM Raup Cuan Berlipat saat Pandemi COVID-19

M Nurhadi Suara.Com
Senin, 12 Juni 2023 | 23:42 WIB
Wabah Jadi Berkah: Kisah Empat UMKM Raup Cuan Berlipat saat Pandemi COVID-19
Proses pembuatan produk Wedang Uwuh djewery [Ist]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Berada di tengah-tengah krisis tak jarang membuat banyak usaha kecil terpuruk. Namun, di balik gelapnya pandemi COVID-19, terdapat kisah inspiratif empat UMKM yang justru meraup untung tidak sedikit kala wabah.

Meski terjebak oleh situasi yang sulit, para pelaku usaha ini berhasil beradaptasi dan menemukan peluang baru yang tak terduga.

Salah satunya yakni Teh Siji, sebuah usaha minuman teh yang berbasis di Yogyakarta. Pada awal tahun 2020, Teh Siji mengalami kerugian cukup besar akibat pembatalan pameran yang direncanakan. Namun, berhasil bangkit setelah sang pemilik menemukan peluang baru dengan memanfaatkan tingginya permintaan akan empon-empon selama pandemi.

Dengan mendirikan usaha baru bernama Wedang Uwuh Siji, si empu usaha mampu mengembalikan kerugian sebelumnya hanya dalam waktu delapan bulan.

Baca Juga: Pelaku UMKM Ini Minta Bantuan ke Ganjar Pranowo, Pak Ganjar: Hutang Bank atau Minta Mertua

Selain wedang uwuh Siji, ada pula perjalanan usaha pempek Omahvy milik Vinda yang panen pesanan online saat wabah Virus Corona merambah Indonesia.

Berikut perjalanan usaha empat pelaku UMKM yang berhasil buktikan bahwa musibah tidak selalu buat usaha semakin terpuruk.

Teh dan Wedang Uwuh Siji

Virus Corona yang menjangkit dunia pada awal tahun 2020 silam jadi momen penting dalam perjalanan usaha Teh Siji.

Edy Santoso yang kala itu baru mulai merasakan jerih payah usahanya terhantam cukup keras lantaran usahanya mengalami kerugian mencapai Rp50 juta.

Baca Juga: 10 Merek Paling Bernilai Tinggi di RI, BRI, BCA Hingga Gudang Garam

Edy Santoso mengenalkan Teh Siji kepada Menkop UKM Teten Masduki (Koleksi pribadi)
Edy Santoso mengenalkan Teh Siji kepada Menkop UKM Teten Masduki (Koleksi pribadi)

“Sempat berpikir untuk istirahat beberapa saat (dari dunia usaha) setelah gagal pameran di Jakarta, Bandung dan Kaltim itu. Namun, baru sebentar memikirkan itu, tiba-tiba banyak kenalan saya ada yang menghubungi saya dan menanyakan apakah punya persediaan empon-empon. Dari sini, saya kembali melihat peluang,” kenang Edy, saat diwawancara Suara.com, Kamis (11/5/2023).

Peluang usaha tersebut tidak dilepas oleh Edy. Ia langsung mengumpulkan pasokan empon-empon dari berbagai daerah di DI Yogyakarta, terutama Bantul. Ia lantas mendirikan usaha baru dengan nama Wedang Uwuh Siji, yang terinspirasi dari tingginya permintaan kebutuhan empon-empon selama masa pandemi COVID-19.

Lantaran Wedang Uwuh Siji membutuhkan pasokan empon-empon yang cukup besar. Usaha Edy tersebut ternyata juga turut membantu ekonomi UMKM petani empon-empon di wilayah Imogiri, Bantul yang saat itu turut terdampak.

“Dalam waktu delapan bulan. Saya bisa mengembalikan kerugian Rp50 juta itu hanya dari jualan empon-empon. Agak lucu juga karena saya dapat ide ini ketika ingin sejenak istirahat dari dunia usaha,” kata dia.

Menjelang akhir tahun 2020, Edy menerima panggilan dari kawannya yang merupakan jurnalis TVRI Makassar. Melalui pesawat telepon, kenalannya tersebut menanyakan apakah Edy juga menjual produk kopi.

“Ternyata, dia mau mengumpulkan kopi-kopi khas dari Nusantara. Satu-satunya yang belum ada, kopi yang berasal dari Jogja. Tanpa banyak tanya, saya langsung iya-kan. ‘Siap Kopi Siji’,” ujar Edy.

Usai menerima permintaan kawannya tersebut, Edy segera mencari petani kopi di kawasan lereng Gunung Merapi, tepatnya di Cangkringan, Kabupaten Sleman.

“Saya ambil beberapa kilo untuk sampel, olah sendiri, buat kemasan dan dikirim. Alhamdulillah ternyata diterima pasar. Sekarang usaha saya nambah satu, yakni Kopi Siji. Pandemi memang sulit, tapi ada bekah di baliknya,” ucap Edy.

Dari tiga produk usaha Siji, Edy memiliki omzet Rp30 juta sebulan. Angka itu ia dapatkan dari produksi teh berkisar 100 kotak per bulan, wedang uwuh mencapai 400 pack per bulan, dan 30 kaleng kopi per bulan.

Produk dari Siji tidak hanya dijual melalui toko online milik Edy dan Bandara Yogyakarta International Airport saja, melainkan juga dipasarkan di sejumlah toko terkenal di Malioboro, Mirota Hamzah dan beberapa toko oleh-oleh di sejumlah lokasi wisata di DI Yogyakarta.

Dawet Ireng Nanik Suryani

Perjalanan unik kali ini datang dari Nanik Suryani, pemilik UMKM dawet ireng organik yang dirintis sejak 2005 silam.

Nanik mengungkapkan, pada awal tahun 2020, dia terpaksa harus menutup semua outletnya gara-gara wabah COVID-19. Nanik lantas memasarkan produknya secara online.

Menyadari potensi toko online, pada tahun 2018 dia mulai mengembangkan strategi bisnisnya dengan merekrut karyawan untuk membantu penjualan melalui media sosial dan layanan pesan online.

Nanik saat memamerkan produknya di salah satu event di Kabupaten Sleman (Ist)
Nanik saat memamerkan produknya di salah satu event di Kabupaten Sleman (Ist)

Meskipun toko fisiknya harus ditutup karena kebijakan PPKM untuk menekan penyebaran virus corona, Nanik justru bisa menjangkau pelanggan yang lebih luas dan potensial saat berjualan secara online melalui akun Instagram dawet_ireng_wongndeso.

Nanik menyadari bahwa menjual es dawet secara online memberikan fleksibilitas dalam hal waktu dan tempat.

Ia juga berusaha aktif dalam memasarkan produknya secara online dengan bergabung di berbagai grup Facebook. Produknya yang 100 persen organik mendapatkan perhatian dari kalangan penyuka hidup sehat. Terlebih lagi, usahanya itu sudah memiliki sertifikasi halal dari LPPOM MUI.

Ketekunan Nanik dalam menjalankan bisnis secara online dengan inovasi dalam produk es dawet memudahkan dia dalam berinteraksi langsung dengan pelanggan dan membangun loyalitas. Nanik mengaku belajar banyak tentang pemasaran digital dari berbagai tempat, termasuk sebagai anggota Rumah Kreatif BUMN BRI Yogyakarta.

Dengan modal kurang dari Rp1 juta, Es Dawet Wong Ndeso saat ini memiliki omzet mencapai Rp7 juta per bulan. Pada periode pesanan yang ramai, omzetnya dapat meningkat dua hingga tiga kali lipat.

Wedang Uwuh Djewery

Kisah selanjutnya berasal dari UMKM Wedang uwuh Djewery yang justru berhasil berkembang lebih besar dengan menjawab kebutuhan akan empon-empon yang dianggap dapat meningkatkan daya tahan tubuh.

"Saat dirumahkan, kami sekeluarga bisa fokus pada usaha wedang uwuh," ungkap Parini Wihastuti, pemilik Wedang Uwuh Djewery, dalam wawancara dengan Suara.com pada Selasa (23/5/2023) lalu.

Parini Wihastuti, pendiri UMKM Wedang Uwuh djewery [Suara.com/Hadi]
Parini Wihastuti, pendiri UMKM Wedang Uwuh djewery [Suara.com/Hadi]

Usaha ini berhasil tumbuh pesat di masa-masa sulit akibat wabah, meskipun tidak tanpa rintangan. Salah satu permasalahan yang dihadapi adalah keluhan pembeli terkait penggunaan jahe basah yang mudah tumbuh tunas saat dikirim ke lokasi yang jauh.

Situasi ini mendorong Rini untuk mencari solusi agar produk Wedang Uwuh Djewery dapat lebih awet. Akhirnya, ia menemukan metode pengeringan jahe yang membuat produknya dapat bertahan lebih lama.

Kesuksesan tidak terelakkan, Wedang Uwuh Djewery semakin dikenal dan diterima dengan baik oleh pasar. Saat orang-orang enggan keluar rumah karena takut, Rini dan timnya justru bergerak aktif untuk melayani pemesanan dengan sistem pembayaran langsung.

Ketika jumlah kasus COVID-19 meningkat drastis di Kota Yogyakarta pada tahun 2021, permintaan wedang uwuh milik Rini meningkat tajam.

Dampaknya, omzet usaha Wedang Uwuh Djewery yang semula sekitar Rp400 ribu per bulan melonjak menjadi Rp10 juta, meningkat lebih dari 20 kali lipat. Awal tahun 2023 lalu, omzet mereka bahkan mencapai Rp17 juta per bulan.

Keberhasilan Wedang Uwuh Djewery tidak terlepas dari pasar yang besar di dalam dan luar DI Yogyakarta. Produknya sudah tersedia di berbagai pusat oleh-oleh dan mendapatkan kurasi dari Pemerintah Kabupaten Sleman untuk dipasarkan di retail modern.

Selain itu, Wedang Uwuh Djewery juga berhasil merambah pasar nasional dengan kehadiran di cabang-cabang Indomaret di Sleman Barat dan di pusat oleh-oleh di seluruh kawasan pariwisata DI Yogyakarta. Bahkan, produk ini juga mendapat pesanan dari Hong Kong, menunjukkan kepopulerannya yang tak terbatas dalam negeri maupun di luar negeri.

Kesuksesan yang diraih oleh Wedang Uwuh Djewery mendorong Rini dan keluarganya untuk meningkatkan produksi dalam skala yang lebih besar. Awalnya, mereka hanya mampu memproduksi 30 paket dalam sehari, namun kini sudah mampu menghasilkan hingga 2.000 paket dalam satu bulan.

Ketika ramai pembeli, produksi bahkan bisa meningkat hingga 3.000 paket dalam sebulan. Meskipun mengalami pertumbuhan yang pesat, Rini tetap mempertahankan semangat untuk terus berkembang bersama usahanya. Dia terus mengasah pengetahuannya melalui program BRIncubator yang didukung oleh BRI.

Pempek Omahvy

Dengan modal yang kurang dari Rp300 ribu,  Maria Goretti Meivindayanti menggunakan uang tersebut untuk membeli ikan tengiri dari Jakarta dan Jambi serta beberapa bahan lainnya. Keputusannya memilih ikan tengiri dari Jakarta didasarkan pada keinginannya untuk mendapatkan ikan dengan kualitas terbaik untuk produknya.

Sejak didirikan tujuh tahun lalu, sosok yang akrab dengan nama Vinda itu memang menetapkan standar kualitas tinggi untuk produknya. Salah satunya, bahan non-gluten, sehingga cocok untuk mereka yang sedang menjalani diet tanpa gluten.

Vinda saat membuat adonan untuk pempek Omahvy, 30 Mei 2023 [Suara.com/Hadi]
Vinda saat membuat adonan untuk pempek Omahvy, 30 Mei 2023 [Suara.com/Hadi]

Perjalanan Vinda dalam mendirikan usaha tidak selalu mulus. Namun demikian, uniknya Vinda justru meraup untung berlipat ketika Pandemi COVID-19 pada 2021 lalu.

Kala itu, usaha miliknya justru mencatat penjualan terbesar dari pesanan online yang ia terima melalui Whatsapp.

Hal ini tidak lepas dari dukungan program dari Dinas Koperasi dan UKM setempat dan SiBakul yang menerapkan program gratis ongkir sehingga membuat penjualan produknya naik signifikan.

Bahkan, dengan program gratis ongkir tersebut, Pempek Omahvy semakin dikenal hingga di luar wilayah DI Yogyakarta. Penjualan terjauhnya bahkan mencapai Batam. Vinda juga telah memiliki reseller di Jakarta, Wonosari, dan Jawa Barat. Tidak hanya itu, ia juga pernah menerima pesanan untuk pengiriman ke Jepang dan Singapura melalui reseller. Bahkan Vinda memiliki pelanggan tetap dari Timor Leste.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI