Mampu Kurangi Risiko Penyakit, Dirut BPJS Tekankan Pentingnya Olahraga

Sabtu, 10 Juni 2023 | 09:56 WIB
Mampu Kurangi Risiko Penyakit, Dirut BPJS Tekankan Pentingnya Olahraga
Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ghufron Mukti. (Dok: BPJS Kesehatan)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Data BPJS Kesehatan, menunjukkan pembiayaan penyakit darah tinggi mencapai 5,7 triliun rupiah di tahun 2022. Sementara itu, penyakit diabetes melitus mencapai 7,3 triliun rupiah di tahun yang sama.

Oleh karena itu, Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ghufron Mukti mengajak tenaga medis untuk mempromosikan pentingnya berolahraga. Ghufron menjelaskan, aktivitas fisik/olahraga merupakan bagian penting dari pencegahan dan pengendalian penyakit kronis. Dirinya berharap agar dokter dapat menjadi role model dalam penerapan gaya hidup sehat. 

“Aktivitas fisik merupakan hal yang penting untuk mengurangi faktor risiko penyakit kronis. Hal ini perlu dikendalikan dengan mempromosikan gaya hidup sehat, khususnya oleh tenaga medis,” ujar Ghufron pada pembukaan kegiatan Seminar Medis Nasional bersama Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, Jumat (9/6/2023).

Menurutnya, risiko penyakit kronis ini dapat ditekan dengan menerapkan gaya hidup sehat, seperti menjaga pola makan dan berolahraga rutin. 

Baca Juga: Waspadai Ancaman Penyakit PPR pada Hewan Ternak, Diskanak Sumedang Himbau Peternak untuk Jaga Kebersihan Kandang

“BPJS Kesehatan turut mengelola berbagai program yang ditujukan untuk menjaga kondisi peserta yang telah menderita penyakit kronis. Salah satunya melalui Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis), yang merupakan sistem pelayanan kesehatan bagi penderita penyakit kronis dengan pendekatan proaktif,” jelasnya.

Dalam program Prolanis peserta akan mendapatkan layanan berupa konsultasi, obat, dan pemeriksaan medis penunjang secara periodik. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) selaku pengelola program juga menyelenggarakan olahraga bersama secara rutin.

“Tujuan utamanya adalah mengendalikan kondisi penderita agar tidak terjadi komplikasi, artinya ini salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan mereka. Sampai dengan bulan April 2023, terdapat 416 ribu orang peserta prolanis penderita diabetes miletus, dan 662 ribu orang peserta prolanis penderita penyakit darah tinggi,” ujar Ghufron.

Ghufron juga menambahkan pihaknya berharap agar Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) terus mengoptimalkan upaya pencegahan penyakit kronis melalui Skrining Riwayat Kesehatan.

“Skrining Riwayat Kesehatan ini telah diakomodir oleh BPJS Kesehatan melalui Aplikasi Mobile JKN. Sampai dengan bulan Mei 2023 tercatat sekitar 10,4 juta jiwa peserta telah mengakses layanan Skrining Riwayat Kesehatan. Peserta yang dinyatakan memiliki risiko dan terdiagnosa diabetes miletus dan hipertensi selanjutnya didorong untuk berkunjung ke FKTP agar mendapatkan layanan kesehatan sesuai tata laksana dan dapat dirujuk sesuai indikasi medis,” ungkap Ghufron.

Baca Juga: Mampu Menambah Tinggi Badan, Inilah 5 Manfaat Olahraga Skipping Bagi Tubuh

Selain itu, upaya promotif preventif memegang peranan penting untuk dapat mencegah dan mengurangi tingkat keparahan penyakit. Penyakit berbiaya katastropik semakin meningkat dan mencapai lebih dari 24 triliun rupiah atau 25% pembiayaan dalam Program JKN, 78% dari angka tersebut merupakan kasus penyakit jantung. 

Sementara itu Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Cabang Semarang, Hery Djagat Purnomo, menyebutkan bahwa seminar yang diselenggarakan telah dilakukan secara rutin setiap tahun. Namun, kali ini merupakan kegiatan pertama yang menghadirkan 33 pembicara dari berbagai disiplin keilmuan.

“Selain saling bersilaturahmi, tugas kita sebagai tenaga medis adalah belajar seumur hidup, seorang dokter harus terus belajar melayani sehingga tagline 3S (Silaturahmi, Science dan Sport) ini tidak akan pernah hilang,” ucapnya.

Hery menambahkan, tagline “Sport” juga perlu digaungkan di tengah-tengah masyarakat, tujuannya agar mengubah paradigma dan predikat bangsa yang dikenal paling malas melakukan aktifitas fisik maupun olahraga.

“Bangsa kita itu dikenal mager alias males gerak, ukurannya dapat terlihat dari penghitungan angka jalan kaki. Rata-rata penduduk Indonesia kurang dari 3.500 langkah, sangat berbeda dengan negara Hongkong yang memperoleh predikat paling aktif. Tentunya sebagai dokter kita semua patut memberi contoh bagi masyarakat untuk melakukan olahraga,” tegasnya.

Sejalan dengan kegiatan simposium ini, harapannya ilmu kesehatan seiring dengan semangat tenaga medis dalam menyongsong Indonesia yang memiliki semangat bergerak, serta berolahraga dapat turut serta sebagai salah satu bagian dari kegiatan Promotif Preventif yang dilakukan oleh Program JKN.

“Melalui perubahan pola hidup, dalam jangka waktu panjang tentu akan berdampak pula pada kesehatan masyarakat Indonesia secara nyata”, tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI