“Palmco bisa memberikan paluang bagi petani. (Untuk mendapatkan-red) edukasi yang lebih bagus, sehingga sawit bisa berkelanjutan,” tambah Tolen Ketaren.
Dari skala industri, dia mengatakan PalmCo tentunya akan memiki kemampuan mengolah sawit rakyat dan sawit dari kebun sendiri, tanpa harus menjual minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) ke pabrik swasta.
Kemampuan PalmCo menerapkan program hilirisasi komoditas perkebunan akan semakin besar. Salah satunya adalah memproduksi minyak goreng untuk kebutuhan pasar dalam negeri dalam mendukung ketahanan pangan nasional.
“Dari sisi industri, kami berharap agar PTPN bisa berdiri sendiri tanpa harus menjual CPO-nya ke perusahaan refinery swasta. Tetapi diolah sampai produk hilir, seperti minyak goreng dan lain-lain,” paparnya.
Dengan demikian, dia mengatakan BUMN perkebunan bisa diandalkan menjadi penyedia pasokan minyak goreng untuk kebutuhan pasar domestik, tanpa harus khawatir adanya kelangaan atau lonjakan harga yang sulit dijangkau masyarakat.
“Sehingga ketersediaan minyak goreng di pasaran cukup di supply oleh ptpn dan sisanya bisa di ekspor,” tambahnya.
Sebelumnya, Dirut Holding Perkebunan Nusantara Mohammad Abdul Ghani mengatakan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V, VI dan XIII akan bergabung ke dalam PTPN IV untuk dibentuk mennjadi Sub Holding PalmCo.
Sub Holding PalmCo ditargetkan menjadi salah satu kunci untuk meningkatkan produktivitas perkebunan, serta kapasitas produksi komoditas olahan sawit.
Termasuk hasil panen tandan buah segar (TBS), serta kapasitas produksi crude palm oil (CPO), minyak nabati dan minyak goreng.
Baca Juga: Mengintegrasikan Industri Hulu Hingga Hilir Sawit Berkelanjutan