Meskipun sudah mengetahui konsekuensi proses manual, perusahaan seringkali menghadapi dilema dalam mengubah sistem kerja menjadi lebih terotomatisasi. Hal ini biasanya terjadi karena perusahaan enggan menghadapi suatu perubahan yang besar atau masih mengandalkan sistem perusahaan yang outdated.
“Menerapkan sistem kerja baru memang tidak selalu mudah. Perusahaan yang selalu bekerja di comfort zone-nya cenderung menolak perubahan sistem karena berpikir akan mengancam kinerja mereka. Tanpa mereka sadari, upaya pengoptimalan pertumbuhan perusahaan justru terhambat karena proses manual yang outdated,” jelas Lusiana.
Melihat potensi kerugian yang disebabkan proses manual, perusahaan perlu menyadari pentingnya mengubah sistem kerja secara keseluruhan. Perusahaan dalam hal ini perlu membantu memaksimalkan potensi karyawan mereka dengan tools yang tepat. Hal ini akan meminimalisir adanya ‘monyet’ di tempat kerja agar produktivitas dan profitabilitas meningkat.
HashMicro hadir sebagai sebuah solusi untuk mengintegrasikan seluruh proses bisnis secara end-to-end. Dengan cara kerja yang otomatis dan sistematis, karyawan terhindar dari pekerjaan administratif yang berlebihan, sehingga bisa fokus pada pekerjaan yang mengasah kemampuan mereka, bereksperimen, sehingga mendukung adanya pembelajaran yang berkelanjutan.
“Singkatnya, HashMicro membantu seluruh stakeholder di perusahaan untuk fokus mengurangi pengeluaran, meningkatkan akurasi bisnis, dan membuka jalan untuk skalabilitas melalui efisiensi operasional,” tutup Lusiana.