Suara.com - Tahun 2015 jadi momen penting bagi Dyah Novita Primasari, karena saat itu adalah estafet usahanya menuju pasar yang lebih besar setelah lolos uji makanan BPOM.
"Setelah berhenti kerja. Memutuskan untuk buka usaha, dan perizinan pada tahun 2015 dan Alhamdulillah bisa berjalan sampai sekarang," ucap Dyah, mulai menceritakan perjalanan usahanya, yakni Shaka Eggroll kepada Suara.com pada Jumat (2/6/2023).
Shaka Eggroll atau Kue Semprong Shaka adalah usaha yang dirintis oleh Dyah. Namun, jauh sebelum dirinya, sang nenek adalah sosok kunci dari usaha yang telah berkembang delapan tahun belakangan itu.
Dyah mengungkapkan, eggroll shaka buatannya merupakan resep turun temurun dari sang nenek.
Baca Juga: 942 Lapak Pasar Purwareja Klampok Ludes Terbakar, 722 Pedagang Merana
"Ternyata egg roll ini banyak yang suka saat pertama kali saya tawarkan ke teman-teman. Apalagi, sebelum akhirnya punya brand sendiri, kita memang sering dipesenin egg roll," ucap dia.
Mengawali usaha tanpa modal, Dyah kini tidak banyak berkutat di bagian produksi karena sudah memiliki tiga karyawan.
"Ada tiga orang karyawan tetap. Tapi, di luar itu, ada beberapa orang yang kerja borongan kalau order lagi rame," kata Dyah.
Dyah tidak ingin memaksakan penjualan produknya secara masif ke banyak outlet.
"Strategi kami, tidak perlu terlalu banyak yang disebar ke berbagai outlet penjualan. Melainkan fokus pada outlet-outlet tertentu yang sudah terbukti punya ritme penjualan bagus," ungkap pengusaha yang menjalankan usahanya dari Sedan, Sariharjo, Ngaglik, Sleman tersebut.
Baca Juga: PSSI Dihantui Tragedi Kanjuruhan dan Sanksi FIFA, BRI Liga 1 2023-2024 Tanpa Suporter Away
Saat ini, ada 20 outlet yang memasarkan produk Eggroll Shaka.
Kebijakan ini, kata Dyah, bertujuan agar kualitas Eggroll Shaka yang diterima oleh pembeli tetap terjaga.
Selain itu, ia juga menerima pesanan egg roll pesanan besar tanpa label.
"Minatnya cukup besar juga. Jadi, kita menyediakan eggroll, nanti mereka pasang label mereka sendiri," kata Dyah.
Ia mengaku tidak keberatan karena secara tidak langsung eggroll buatannya tidak hanya terkenal di kalangan konsumen. Tapi juga mendapatkan kepercayaan para pelaku usaha.
"Reseller kita juga saat ini pemasarannya justru lebih bagus dari kita sendiri. Jadi, kita juga ikut untung," ucap Dyah, sembari tertawa.
Sebagai salah satu pengusaha yang menyadari besarnya potensi penjualan online, Dyah juga terus berusaha mengembangkan dirinya di bidang marketing online.
"Ikut agenda UMKM EXPO(RT) Brilianpreneur yang diadakan BRI di Rumah Kreatif BUMN. Saya sangat terbantu untuk pembelajaran di bidang digital marketing dan packaging," kata dia.
"Rasanya benar-benar upgrade skill," sambung dia.
Melalui agenda yang dipersembahkan oleh BRI itu, Dyah berharap, ia dan para pelaku UMKM bisa mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menimba ilmu di bidang digital marketing.
Momen Pandemi COVID-19
Usahanya yang kini dikenal banyak orang itu tidak selalu mulus. Bahkan, Dyah pernah memutuskan untuk merumahkan karyawan dan berhenti produksi secara total karena tekanan ekonomi.
"Ikut merasakan susahnya (momen Wabah Virus Corona). Semua usaha down saat pandemi, tapi sekarang berhasil bangkit," terang dia.
Shaka Eggroll berhenti beroperas selama kurang lebih tiga bulan saat Pandemi COVID-19 melanda Indonesia pada tahun 2020 lalu.
"Saat itu, satu per satu karyawan juga tumbang karena positif COVID-19," kata dia.
Rugi tak dapat dihindari. Usaha yang dirintis oleh Dyah merugi hingga jutaan. Namun, ia tidak mau terus terpuruk. Di tengah kondisi yang sulit, Dyah masih memikirkan bagaimana nasib orang-orang yang bergantung pada usahanya.
"Produk dan bahan-bahan eggroll seperti telur dan lain-lain, semua saya berikan ke tetangga dan karyawan. Siapa saja yang membutuhkan, silahkan ambil secukupnya," terang Dyah.
Waktu tiga bulan cukup bagi Dyah untuk menyiapkan berbagai kebutuhan agar tetap produksi meski di masa pandemi.
"Kami siapkan semuanya, APD, masker, hand sanitizer dan banyak lagi. Saya siapkan agar usaha ini tetap bisa produksi," ujarnya.
Dengan etos kerjanya, sekali lagi Dyah berhasil membuat Shaka Eggroll bangkit dan kembali produksi.
Bahkan, keuntungan yang ia peroleh pasca Pandemi COVID-19 jauh lebih besar dari sebelum wabah.
"Habis COVID-19, tahun 2022 dapat omzet tertinggi sepanjang mendirikan usaha," ucap Dyah.
Selama tiga bulan berturut-turut, omzet yang dihasilkan oleh Shaka Eggroll mencapai Rp30 juta tiap bulannya.
Omzet tersebut ia peroleh dari pesanan lebih dari puluhan ribu pack dalam enam bulan.
"Saat itu, karena pesenan melonjak, kita sampai rekrutmen tambahan karyawan lepas. Dapur sampai gak muat," ungkap Dyah.
Sementara saat ini, Shaka Eggroll memiliki omzet rata-rata Rp10 juta dalam satu bulan.
"Untuk teman-teman UMKM. Jangan berhenti mencoba, ketika Anda tidak berhenti mencoba, maka di situ akan ada jalan," pungkasnya.