Suara.com - China kini sedang dilanda peningkatan suhu ekstrem yang luar biasa panas. Kondisi ini menyebabkan ribuan ternak di negara tersebut mati dan merugikan para peternak. Selain itu sektor pertanian juga terancam gagal panen.
Isu ketahanan pangan di China yang merupakan negara ekonomi terbesar kedua dunia itu pun mencuat.
Mengutip CNN, Minggu (4/6/2023) China sedang mengalami gelombang panas dan kekeringan terburuk dalam beberapa dekade selama musim panas 2022, yang menyebabkan kekurangan listrik yang meluas dan mengganggu rantai pasokan makanan dan industri.
"Tahun ini, panas ekstrem telah melanda banyak bagian negara bahkan lebih awal dari tahun lalu," tulis berita tersebut.
Baca Juga: Amerika Sentil Keras Rusia dan China yang Diam Korea Utara Luncurkan Uji Coba Rudal Balistik
"Babi, kelinci, dan ikan telah mati karena suhu yang membakar, dan ladang gandum di China tengah telah dibanjiri oleh curah hujan terberat dalam satu dekade," tambah tulisan tersebut.
Sementara itu, para pejabat khawatir kekeringan dapat melanda lembah Sungai Yangtze, daerah penghasil beras utama China, dalam beberapa bulan mendatang.
Sejak Maret, suhu di belasan kota China telah mencapai rekor tertinggi musiman. Gelombang panas telah meningkat dalam beberapa hari terakhir, dengan sejumlah kota di provinsi Yunnan dan Sichuan mengalami suhu yang memecahkan rekor di atas 40 derajat Celcius atau 104 derajat Fahrenheit.
Pada hari Rabu pekan ini, 578 stasiun cuaca nasional yang terletak di berbagai kota di seluruh negeri mencatat suhu tertinggi mereka sepanjang tahun ini.
“Cuaca ekstrem seperti kekeringan dan banjir dapat mengganggu pesanan produksi pangan dan membawa lebih banyak ketidakpastian pada pasokan pangan dan minyak,” tulis Sheng Xia, kepala analis pertanian Citic Securities, dalam sebuah laporan penelitian pada hari Rabu.
Baca Juga: Bupati Dony Ahmad Munir Tawarkan Sumedang Industrialpolis ke Investor China
Dia memperingatkan meningkatnya ancaman terhadap ketahanan pangan tahun ini karena menjulangnya El Nino, sebuah fenomena alam di Samudera Pasifik tropis yang membawa suhu lebih hangat dari rata-rata.
El Nino, untuk pertama kalinya, dapat mendorong pemanasan dunia melewati 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri pada pertengahan hingga akhir 1800-an.