Suara.com - Sorgum belakangan memang semakin banyak diperbincangkan seiring dengan rencana Pemerintah Indonesia yang ingin mengembangkan dan meningkatkan produksi komoditas pangan tersebut.
Terlebih lagi, pada tahun 2022, sejumlah negara pengekspor gandum seperti Kazakhstan, Kirgistan, India, Afghanistan, Algeria, Kosovo, Serbia, dan Ukraina melarang ekspor gandum yang berdampak pada berbagai industri di dalam negeri.
Mengingat larangan ekspor yang diberlakukan oleh negara-negara produsen terhadap komoditas ini, pemerintah merespon dengan mengembangkan budidaya tanaman pengganti gandum, salah satunya sorgum.
Sorgum masih kerabat dekat dengan padi, jagung, dan gandum. Meskipun termasuk dalam kelompok rumput-rumputan, tanaman ini memiliki biji yang kaya akan karbohidrat dan dapat dijadikan sebagai makanan pokok.
Baca Juga: BI: Kredit Perbankan di Indonesia Tumbuh 8,08 Persen
Sayangnya, sebagian besar produksi sorgum hanya digunakan sebagai pakan ternak. Padahal, sorgum merupakan makanan kaya nutrisi yang bisa diolah menjadi berbagai makanan yang lezat dan menyehatkan.
Hal inilah yang menjadi motivasi bagi Poppy Sri yang mengolah sorgum jadi berbagai hidangan menarik seperti kue brownies, kripik hingga cookies.
“Minosorgum merupakan usaha berbagai jenis makanan yang berbahan dasar sorgum. Nama Mino itu berasal dari alamat rumah saya yaitu Minomartani, Ngaglik, Sleman,” kata Poppy menceritakan tentang UMKM yang ia rintis itu kepada Suara.com pada Kamis (25/5/2023).
Perjalanan Minosorgum bermula ketika akhir tahun 2019 lalu, suami Poppy memiliki kerja sama dengan pengajar dari salah satu Perguruan Tinggi di Yogyakarta untuk membuat mesin pengolahan batang sorgum.
“Jadi, usaha ini sebenernya tidak sengaja. Karena, suami waktu itu ada proyek dengan seorang dosen untuk membuat alat pemeras nira sorgum yang dimanfaatkan sebagai campuran hand sanitizer,” kata dia.
Dari pengolahan tersebut, Poppy melihat ada banyak bagian dari sorgum yang dibuang. Ia lantas merasa eman karena semua bagian sorgum kecuali batang tersebut tidak dimanfaatkan dan menjadi sampah.
“Karena penasaran, saya coba cari tahu di internet dan beli tepung sorgum yang dijual secara online,” sambungnya.
Ia lantas mencoba membuat kue brownies dengan bahan tepung sorgum tersebut. Setelah ditawarkan ke kolega dan tetangga, ternyata ada banyak yang suka dengan rasa dari kue berbahan sorgum tersebut.
Dengan modal Rp0 karena semua bahan dan alat sudah tersedia, Poppy memulai ‘petualangannya’ sebagai untuk mulai menjual olahan sorgum miliknya tersebut.
“Kebetulan, waktu itu ada yang nyari makanan gluten free. Nah, jadi cocok sama brownies sorgum ini,” kata Poppy.
Sebagai informasi, kekinian makanan gluten free sudah memiliki fans tersendiri karena dianggap tidak memiliki kandungan protein gluten. Ada sejumlah pasien dengan berbagai keluhan kesehatan dengan rekomendasi menghindari makanan gluten.
Bangun Usaha saat Pandemi COVID-19
Kurang dari tiga bulan ia mulai berkreasi berbagai macam olahan dari sorgum, pandemi COVID-19 melanda Indonesia hingga banyak usaha terdampak parah.
Momen itu membuat Poppy yang merupakan seorang guru honorer lebih banyak di rumah karena aktivitas belajar secara daring. Ia lantas memanfaatkan waktu di rumah untuk terus mengembangkan berbagai hidangan berbahan sorgum.
Perlahan tapi pasti, ia mulai ikut dengan komunitas UMKM yang ada di Sleman. Melalui komunikasi yang dilakukan antar pelaku UMKM, Poppy mendapatkan akses dan dukungan untuk mendaftarkan produk buatannya ke labelisasi halal LPPOM MUI dan P-IRT.
“Saya juga ikut BRIncubator yang diadakan oleh BRI,” kata dia. Poppy jadi salah satu UMKM yang menjadi peserta BRIncubator 2020 yang diadakan Rumah BUMN Yogyakarta.
Menurut Poppy, meskipun tidak sepulen kue yang dibuat dari tepung terigu, brownies berbahan dasar tepung sorgum memiliki rasa yang khas. Cukup tambahkan gula dengan porsi sedikit, rasa yang dihasilkan sudah cukup manis.
Untuk rasa yang ditambahkan ke dalam brownies buatannya juga 100 persen alami. Hal ini ia lakukan guna memastikan kualitas Minosorgum sebelum dijual ke pembeli.
“Karena rasa unik dari sorgum itu, Tanpa perlu tambahan gula, hanya dengan dark choco murni saja sudah manis. Padahal dark choco itu pahit lho,” ungkap dia.
Satu kemasan ia jual dari harga Rp40.000 hingga Rp45.000. Dari usahanya tersebut, Poppy pernah mendapatkan 100 pcs dalam satu bulan, sehingga omzet yang diterima sempat mencapai belasan juta dalam satu bulan.
Poppy berharap, semakin banyak orang yang tahu manfaat dari sorgum. Sehingga, sorgum tidak lagi dipandang sebagai bahan makanan alternatif. Namun juga sebagai bahan makanan utama.
“Banyak yang kurang paham tentang bahan makanan ini. Padahal, sorgum itu selain cocok untuk diet gluten. Rasanya juga tak kalah nikmat dengan kue dari terigu,” pungkasnya.
Sebagai informasi, tidak hanya diolah menjadi makanan. sorgum pada dasarnya juga bisa diolah menjadi bionergi, seperti bioetanol.
Keunikan sorgum terletak pada kemampuannya untuk tumbuh dan beradaptasi dalam berbagai iklim tropis. Tanaman ini juga memiliki toleransi terhadap kondisi kekeringan, sehingga tidak memerlukan banyak air untuk pertumbuhannya.
Dengan segala kelebihan dan potensinya, sorgum dapat menjadi pilihan yang menarik dalam bidang pangan, pakan ternak, dan energi terbarukan.