Suara.com - Usaha yang awalnya bernama Wedang Uwuh Mbak Rini itu mau tidak mau harus berganti nama jadi Djewery karena alasan hak cipta. Padahal, bisnis yang ia rintis bersama keluarganya itu sudah kadung terkenal dengan brand Mbak Rini.
“Karena UMKM kami kan ingin naik kelas, kami berencana mematenkan nama Mbak Rini.Sekaligus mengurus perizinan lengkap sertifikat halal dan P-IRT. Namun, karena ternyata nama itu sudah digunakan, akhirnya kami memutuskan untuk ganti nama jadi Djewery,” ungkap Parini Wihastuti saat ditemui Suara.com, Jumat (19/5/2023).
Bermula pada Maret 2018 silam, Rini bersama suaminya nekat memulai usaha demi ekonomi yang lebih baik. Setelah melakukan riset ke sejumlah daerah di DI Yogyakarta dan mendatangi beberapa petani di Imogiri, ia menyimpulkan wedang uwuh memiliki prospek yang menjanjikan di masa depan.
“Kami awalnya jadi reseller. Kemudian, seiring berjalan waktu, kami merasa bisa mengembangkan brand wedang uwuh milik kami sendiri,” kata dia, mulai mengingat momen-monen sewaktu dirinya dan keluarganya membangun usaha yang kini sudah dikenal hingga Kalimantan tersebut.
Perlahan tapi pasti, dengan modal Rp3 juta Rini tidak hanya ingin mengembangkan UMKM biasa-biasa saja. Namun demikian, ia sebelumnya memang belum bisa 100 persen fokus membesarkan usahanya karena lebih memprioritaskan pekerjaannya.
Terus berjuang memasarkan usahanya, Wedang Uwuh Djewery dengan cepat dikenal konsumen berkat pemasaran masif yang dilakukan Rini melalui berbagai media sosial. Rini menyadari betul bahwa media sosial bisa menjadi pintu yang membawa usahanya berkembang lebih pesat.
Hal ini tidak lepas dari jangkauan media sosial yang tidak terbatas. Rini menuturkan, media sosial memertemukan usahanya dengan pembeli setia dari berbagai pelosok di seluruh Indonesia.
“Dari awal, kami sudah memasang iklan di Facebook. Karena pasang iklan di Facebook kan otomatis dapat ‘bonus’ juga iklan di Instagram. Itu membantu sekali,” sambung dia.
Rini tak mawas diri, ia juga ingin terus berkembang bersama usahanya. Semangat inilah yang membuat dirinya termotivasi untuk terus menambah ilmu, salah satunya melalui BRIncubator yang didukung oleh BRI.
Baca Juga: Indonesia Menarik Sebagai Tujuan Investasi, Direktur Utama BRI Ungkap Optimisme Kinerja
Komitmen Rini membesarkan Wedang uwuh terbayar lunas, kini produknya sudah dipasarkan di berbagai daerah mulai dari Jakarta, Bandung, Madiun, Semarang hingga terjauh di Papua. Tidak hanya dari dalam negeri, Wedang Uwuh Djewery juga pernah menerima pesanan dari Hong Kong.
Berkah di Momen Pandemi
Pandemi COVID-19 yang menyebar dengan cepat hingga terdeteksi pertama kali di Indonesia pada Maret 2020 silam jadi pukulan telak di berbagai sektor. Tidak terkecuali Rini dan Suami, yang harus dirumahkan dari pekerjaan mereka karena tekanan ekonomi.
Kala itu, banyak UMKM yang juga terancam karena terpaksa harus tutup hingga ancaman bangkrut. Namun, Wedang Uwuh Djewery justru kebalikannya karena banyak kalangan yang waktu itu mencari empon-empon dengan alasan meningkatkan daya tahan tubuh.
“Karena dirumahkan, kita sekeluarga jadi bisa fokus pada usaha wedang uwuh,” ungkapnya.
Usaha yang baru mulai menggeliat di masa yang sulit akibat wabah itu kembali ditempa. Rini mulai menerima banyak complain dari pembeli terkait penggunaan jahe basah.
“Jahe basah itu kalau dikirim ke lokasi yang jauh, ketika sampai tujuan malah udah tumbuh tunas. Hal itu kemudian sering dikomplain, karena dianggap tidak awet,” kata Rini.
Dampaknya, usaha milik Rini itu sempat rugi karena harus kirim ulang jahe baru yang membuat pengeluaran membengkak dua kali lipat.
“Ya, mau gimana lagi. Kita tentu ingin yang terbaik agar pembeli puas sekaligus menunjukkan komitmen kami dalam memastikan kualitas dari Wedang Uwuh Djewery,” ujar Rini.
Situasi ini membuat Rini kembali memutar otak agar produknya bisa lebih awet. Hingga akhirnya ia menemukan metode pengeringan jahe yang membuat produk usahanya bisa bertahan lebih lama.
“Alhamdulillah mulai banyak dikenal, diterima dengan baik oleh pasar. Di momen pandemi COVID-19 itu, ketika orang-orang tidak keluar rumah karena takut, kita justru kemana-mana karena melayani COD,” ungkap Rini.
Ketika kasus positif meningkat drastis pada tahun 2021 lalu. Di saat yang sama, pesanan wedang uwuh milik Rini meroket.
“Mau tidak mau, jika kita masih bisa anter ya anter. Ada perasaan takut juga, tapi ya dijalani saja mungkin ini jalan rejeki sekaligus cara kita menolong orang lain,” ujar Rini.
Wabah Virus Corona, diakui oleh Rini, adalah momen yang mengangkat omzet usaha Wedang Uwuh yang awalnya berkisar Rp400 ribu jadi Rp10 juta dalam satu bulan alias meningkat lebih dari 20 kali lipat.
Tahun ini, omzet Wedang Uwuh Djewei sudah menembus Rp17 juta dalam satu bulan. Hal ini tidak lepas dari besarnya pasar wedang uwuh di dalam dan luar daerah DI Yogyakarta.
Ditambah lagi, Wedang Uwuh Djewery yang sudah tersedia di berbagai pusat oleh-oleh juga banyak diminati para wisatawan yang berasal dari berbagai daerah.
Produk Wedang Uwuh Djewery juga sudah mengikuti kurasi yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sleman untuk dipasarkan di retail modern.
“Alhamdulillah, sekarang Wedang Uwuh Djewery sudah tersedia di 88 cabang Indomaret di Sleman Barat,” ucap Rini.
Tidak hanya Indomaret, Wedang Uwuh juga tersedia di 45 pusat oleh-oleh di seluruh kawasan pariwisata di Provinsi DI Yogyakarta.
Pesatnya perkembangan UMKM milik Rini membuat ia dan keluarganya terpicu untuk memproduksi dalam skala yang lebih besar.
Pada awal berdirinya usaha, dalam satu hari, Wedang Uwuh hanya mampu memproduksi 30 pack. Kini, usaha Rini itu bisa memproduksi hingga 2.000 pack dalam satu bulan.
“Bahkan, kalau lagi ramai pembeli, kami bisa memproduksi hingga 3.000 pack dalam satu bulan. Wah sampai gak tidur,” ujarnya sambil terkekeh.
Rini berharap, para pengusaha yang tengah membesarkan usahanya untuk tidak pernah patah semangat.
“Jangan anti-kritik, kita harus menerima kritik itu untuk memotivasi diri kita menjadi lebih baik lagi. Masukan dari pembeli itu membuat produk kita terus berkembang, dan jangan lupa, kualitas nomor satu,” pungkasnya.