Belajar dari Pandemi Covid-19: Kenali dan Kelola Risiko Kesehatan di Lingkungan Masyarakat

Iwan Supriyatna Suara.Com
Senin, 22 Mei 2023 | 11:41 WIB
Belajar dari Pandemi Covid-19: Kenali dan Kelola Risiko Kesehatan di Lingkungan Masyarakat
Ilustrasi Covid-19 (Pexels.com/Edward Jenner)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - KTT ASEAN 2023 yang telah diselenggarakan pada 9-11 Mei 2023 yang mengusung tema ASEAN Matters: Epicentrum of Growth" menunjukkan pentingnya upaya negara-negara untuk fokus pada peningkatan kualitas kesehatan bagi masyarakatnya.

Selain itu, Presiden Joko Widodo juga mendorong kepemimpinan dan kemitraan kawasan ASEAN untuk kerja sama kesehatan global. Menurutnya, kesenjangan kapasitas kesehatan tidak dapat dibiarkan dan anggota ASEAN perlu kemitraan yang saling memberdayakan. Anggota ASEAN juga harus menjadi bagian rantai pasok kesehatan global, termasuk pusat manufaktur dan riset.

Indonesia sebagai salah satu negara anggota ASEAN dan tuan rumah KTT ASEAN 2023 saat ini sedang fokus untuk terus meningkatkan kualitas kesehatan masyarakatnya. Salah satu yang dilakukan adalah dengan mengembangkan upaya terapi untuk berbagai penyakit seperti kanker dan penyakit tidak menular lainnya. Penting untuk diketahui, sejak tahun 1980-an hingga saat ini, terapi kanker dilakukan melalui imunoterapi.

Namun demikian, walau sudah ada imunoterapi, penyakit kanker masih terus menghantui masyarakat Indonesia.

“Hal ini juga diperparah dengan faktor risiko, seperti polusi udara, perilaku berisiko, stres serta gaya hidup masyarakat yang kurang sehat akibat mengonsumsi makanan berminyak maupun merokok,” jelas dr. Hary Gustian, Sp.PD, KHOM, FINASIM spesialisasi onkologi medik ditulis Senin (22/5/2023).

Baca Juga: Kadinkes Lampung hingga Sekda Riau Kompak Penuhi Panggilan KPK gegara Pamer Kekayaan

Menurutnya, masyarakat perlu mengenali dan mengelola risiko kesehatan di lingkungannya yang dapat berpotensi menimbulkan penyakit menular maupun tidak menular. Pandemi Covid-19 menjadi pengalaman berharga bagi kita semua untuk belajar menerapkan pola hidup sehat, serta mengelola risiko kesehatan dan menghindari perilaku berisiko.

Lebih lanjut, dr. Harry menjelaskan, upaya pencegahan dan edukasi akan bahaya penyakit tidak menular terus dilakukan oleh tenaga kesehatan dan juga berbagai pihak.

“Namun, jika masih banyak masyarakat yang masih tidak aware atau masih tetap melakukan gaya hidup dan perilaku yang berisiko, maka upaya pengurangan risiko adalah pilihan terbaik yang dapat dilakukan,” tambah dr. Hary.

Oleh karena itu, dokter dan tenaga kesehatan didorong untuk mempertimbangkan, mempelajari dan menggunakan pendekatan less risk dibandingkan dengan zero risk. Pada prinsipnya, pendekatan less risk ini membantu masyarakat mengenali secara sadar risiko dari kebiasaan yang dilakukan dan kemudian secara bertahap mengurangi risiko tersebut.

Vaksin, penggunaan masker ketika menggunakan kendaraan umum, memakan makanan rendah garam dan gula, hingga produk tembakau alternatif yang telah terbukti secara ilmiah memiliki risiko yang lebih rendah dari rokok, merupakan contoh dari penanganan risiko atau pengurangan bahaya.

Baca Juga: Sekda Riau SF Hariyanto dan Kadis Kesehatan Lampung Reihana Kembali Diperiksa KPK

Selain itu, langkah penanganan kesehatan, baik secara promotif, preventif dan kuratif yang dilakukan oleh dokter juga merupakan bentuk dari pengurangan risiko.

Jika ditarik lebih jauh lagi, sumpah dokter juga sangat terkait dengan hal ini, yang mana dokter mengutamakan kesehatan pasien dan memperhatikan kepentingan masyarakat.

Pendekatan pengurangan bahaya juga dapat mendorong penggunaan produk alternatif yang telah terbukti secara ilmiah rendah risiko di lingkungan masyarakat yang perlu melibatkan peran dokter dan tenaga kesehatan lainnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI