Risiko-risiko Dihadapkan PGEO Setelah Saldo Modal Kerja Negatif

Sabtu, 20 Mei 2023 | 05:40 WIB
Risiko-risiko Dihadapkan PGEO Setelah Saldo Modal Kerja Negatif
PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) yang merupakan bagian dari Subholding Pertamina New & Renewable Energy (PNRE).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dihadapkan dengan sejumlah risiko besar akibat saldo modal kerja (working capital) negatif. Hal tercantum dalam kinerja laporan keuangan terakhir perseroan.

Melansir laporan keuangan PGEO dinyatakan per 31 Desember 2022, perseroan memiliki saldo modal kerja negatif senilai USD 424.475. Modal kerja negatif menunjukkan bahwa utang lancar perseroan lebih besar dibandingkan dengan aset lancarnya.

Pada saat bersamaan, tercatat total utang PGEO mencapai USD 943,28 juta terdiri dari pinjaman bank jangka panjang setelah dikurangi bagian yang akan jatuh tempo dalam satu tahun senilai USD 327,7 juta. Sedangkan utang jangka pendek atau utang lancar perseroan tercatat masih sekitar USD 615,58 juta.

Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan mengatakan terdapat tiga risiko yang dihadapi PGEO ketika mengalami modal kerja negatif. Pertama yakni risiko likuiditas, di mana perseroan akan kesulitan menghadapi kondisi eksternal seperti penagihan utang jatuh tempo.

Baca Juga: Intip Kontribusi PGEO untuk Lingkungan di Area Pembangkit Panas Bumi Kamojang

Menurutnya, kondisi seperti ini dapat membuat kondisi perusahaan memburuk. Dengan kata lain, perusahaan dengan modal kerja negatif lebih sulit saat menghadapi turbulence dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki modal kerja positif.

"Ketika perusahaan dengan likuiditas tidak baik, maka akan semakin berisiko terhadap faktor-faktor atau risiko ke depannya," ujarnya kepada wartawan, yang dikutip Kamis (18/5/2023).

Bahkan, Alfred menjelaskan bahwa kondisi perusahaan dengan modal kerja negatif juga lebih berisiko default. "Walaupun manajemen mengklaim mendapat dukungan dari holding, tapi tetap saja di atas kertas risiko default lebih besar ketimbang ketika perseroan memiliki modal kerja positif," kata dia.

Risiko kedua, lanjut Alfred, terdapat risiko pendanaan operasional yang harus dihadapi PGEO menyusul kas yang idle. "Modal kerja negatif juga dapat mempersempit perseroan dari sisi operasional, sehingga pergerakan PGEO untuk menjalankan bisnis atau ekspansi menjadi terbatas," imbuh dia.

Sedangkan risiko ketiga menurut Alfred adalah persepsi negatif dari para stakeholder perseroan, sehingga memberikan sentimen buruk kepada pelaku pasar dan berisiko memberikan dampak negatif pula bagi kinerja saham PGEO di Bursa ke depannya.

Baca Juga: BEI Jewer 61 Emiten Karena Belum Sampaikan Laporan Keuangan 2022, Ini Daftarnya

"Karena informasi terkait kondisi ini dilaporkan sendiri oleh manajemen dan dibaca oleh stakeholder. Tentu mereka akan melihat kondisi modal kerja negatif ini sebagai gambaran yang tidak bagus," jelas dia.

Alfred turut mengimbau kepada para investor untuk terus memperhatikan kondisi perseroan saat ini. "Kalau semakin lama kondisi working capital minus, berarti menjadi sinyal bagi para investor untuk melihat potensi emiten-emiten lain yang mempunyai kondisi keuangan lebih sehat," pungkas dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI