Suara.com - Nanik Suryani memulai usaha Es Dawet Ireng usai dirinya dilanda kebimbangan saat masih menjadi seorang pekerja perusahaan elektronik di negeri jiran.
Gaji besar tidak mengobati rasa rindunya kepada keluarga. Rasa kangen terhadap kampong halaman menjadi motivasi dirinya memulai usaha secara mandiri.
“Tahun 2005, saya pulang ke Jogja. Suatu ketika ketemu sama kenalan asal Klaten yang punya usaha cendol,” kata Nanik saat ditemui Suara.com, Selasa (16/5/2023).
Mendirikan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) dari nol, Nanik awalnya berjualan di pinggir jalan tidak jauh lokasi yang nantinya menjadi cikal bakal dari Rumah Sakit JIH. Modal usaha Es Dawet Wong Ndeso, kata Nanik, tidak lebih dari Rp1 juta.
“Saya ingat, pertama kali jualan itu omzet saya 43 gelas dengan harga per gelasnya Rp1.000,” kenang Nanik kembali melanjutkan ceritanya. Saat ini, ia bisa memproduksi hingga 100 gelas untuk momen-momen tertentu.
Perjuangan Nanik membesarkan usaha es dawet miliknya tidak mudah. Meski kerap laris, tidak jarang Nanik merasakan kerasnya dunia usaha karena jualannya tidak laku.

“Selain itu, saya belasan kali pindah tempat karena kerap digusur. Jadi setiap kali baru mulai rame punya langganan. Eh, digusur,” kata Nanik.
Nanik tak mau putus asa. Ia lantas berusaha mendaftarkan usahanya secara legal agar mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB).
“Setelah pontang-panting saat itu, akhirnya bisa daftar NIB,” ungkapnya.
Baca Juga: Produk Asuransi OTO Proteksi Maksima Diluncurkan BRI untuk Nasabah Private & Prioritas
Berkembang Pesat saat Pandemi COVID-19