Suara.com - Mulai mendirikan usaha mikro kecil menengah (UMKM) butik Janitra sejak 2009 silam, Yulvita Paramita Dewi mengakui, mempertahankan eksistensi usaha jauh lebih sulit dibandingkan dengan mendirikannya.
“Saya sempat vakum dari 2012 sampai 2018,” ungkapnya, saat ditemui Suara.com di tengah aktivitasnya memberi pelatihan eco-print kepada ibu-ibu di Gedung Serbaguna Kayen, Condongcatur, Sleman pada Rabu (10/5/2023).
Alasan ia menghentikan sementara usahanya tersebut tidak lepas dari ketatnya persaingan usaha disertai dengan kesibukannya sebagai ibu rumah tangga.
“Dulu, saat awal membangun usaha ini, saya usahakan untuk selalu ikut pameran dan fashion show agar Janitra Boutique semakin dikenal. Puncaknya pada 2010, kita bisa masuk ke Jogja Fashion Week,” kata dia.
Seiring ketatnya persaingan usaha kala itu, ditambah dengan tugasnya sebagai seorang ibu, Yulvita memilih untuk sementara vakum dari dunia usaha. Ada sejumlah alasan pribadi yang enggan ia sampaikan terkait pilihannya berhenti dari dunia usaha tersebut.
Keputusan dirinya untuk sejenak lepas dari kepenatan usaha selama enam tahun benar-benar membuatnya harus memulai usaha dari nol kembali.
Belum genap dua tahun membuka kembali UMKM miliknya, Janitra Boutique, harus kembali bergelut dengan tekanan ekonomi dampak dari pandemi Virus Corona pada Maret 2020 silam.
“Ada kekhawatiran waktu itu. Alhamdulillah, jualan online tetap lancar. Ketika wabah COVID-19 memang mau tidak mau toko harus tutup,” ujar Yulvita.
Usahanya juga diuji dengan pekerjanya yang satu persatu tumbang karena terjangkit Virus Corona hingga memaksa waktu produksi menjadi lebih lama.
Baca Juga: Lewat BRImo, Nasabah Bisa Nikmati Kemudahan Fasilitas Perbankan dari BRI
“Tapi, saat itu juga mulai banyak mikir untuk mengembangkan usaha secara online,” ujar dia.
Usahanya untuk mengembangkan bisnis online ternyata berbuah manis. Usahanya tersebut tidak hanya mampu bertahan saat pandemic tapi juga berkembang secara online.
Perkembangan itu juga tidak lepas dari langkah pertamanya untuk memulai kembali Janitra setelah enam tahun vakum. Ia memilih untuk menyasar dunia pendidikan untuk mengenalkan ecoprint sebagai langkah awal usahanya pada tahun 2018.
“Kembali memulai usaha. Saya langsung melakukan lompatan dengan menyasar lembaga pendidikan, salah satunya sekolah,” ungkapnya.
Yulvita bermaksud untuk mulai mengenalkan potensi bisnis eco-print kepada para pelajar. Sekaligus memberikan fasilitas kepada anak-anak muda yang tertarik dengan bisnis tersebut.
Saat ini, Janitra bersama dengan komunitas batik eco-print sudah mengajar untuk membuat karya eco-print di SMA Pandak Bantul, SMA Ma’arif 2 Sleman, SMK Sosial Islam 1 Prambanan, SD Muhammadiya Sapen hingga workshop bersama guru-guru di DI Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Bersama dengan sejumlah sekolah, ia juga tengah menyusun kurikulum dalam mengajarkan kreasi eco-print kepada pelajar.
“Harapan saya, anak-anak sejak dini dikenalkan pada bahan-bahan berbasis alami, seperti pewarna alami dan lain sebagainya. Hal ini agar turut membantu dalam mengajarkan penggunaan bahan yang ramah lingkungan,” kata Yulvita.
Jejaring Jadi Kunci
Janitra Boutique, kata Yulvita, awalnya bermula dari bisnis desain pakaian biasa dengan model usaha pre-order. Bisnis Janitra berkembang pesat saat Yulvita mulai mengembangkan produk ecoprint awal tahun 2018 silam.
Pertama kali Yulvita mendapatkan ide usaha eco-print berawal dari media sosial. Dengan modal berkisar Rp4 juta ia memulai bisnis Janitra Boutique.
Dari modal tersebut, omzet yang bisa diraup Janitra Boutique saat ini berkisar Rp10 juta dalam sebulan dengan jumlah produksi rata-rata 60 hingga 120 potong dalam satu bulan.
Pendapatan itu tidak lepas dari jaringan yang ia bangun selama bertahun-tahun. Terutama dengan kalangan praktisi kesehatan mulai dari para dokter hingga perawat.
Selain itu, ada sejumlah dokter di Jogja yang menjadi reseller Janitra Boutique sehingga membuka peluang usahanya itu berkembang lebih besar.
“Omzet tertinggi yang pernah saya raup itu mencapai Rp7 juta dalam seharidi pameran yang diadakan oleh komunitas kedokteran. Dengan agenda acara (digelar) selama tiga hari,” kata Yulvita.
Seiring dengan ketatnya persaingan usaha saat ini, Yulvita berharap, ke depannya para pembuat eco-print di Jogja agar tidak hanya mengincar keuntungan ekonomi semata. Melainkan juga menghargai nilai dari karya masing-masing.
“Kalau terlalu mengejar keuntungan. Persaingan usaha jadi kurang sehat,” kata dia.
Menjalankan usaha tak selalu sesuai dengan harapan. Menyadari hal ini, Yulvita berusaha terus mengasah kemampuannya dalam mengelola bisnis Janitra Boutique, salah satunya dengan menjadi mengikuti pelatihan, salah satunya BRIncubator.
Ia mengakui, ‘bimbingan’ dari BRI melalui pembinaan dan inkubasi bertajuk Brincubator: Business Owner Mentality yang digelar bersama dengan Rumah Kreatif BUMN Yogyakarta berperan dalam mengembangkan usaha miliknya, terutama dalam bidang pengelolaan keuangan.
“Saya itu benar-benar mendapatkan ilmu terkait pengelolaan keuangan usaha dan digital marketing. Saya akui mulai bersemangat mengembangkan jualan secara online itu setelah ikut BRIncubator karena Janitra dulu sempat tidak punya karyawan sehingga saya jalin mitra dengan pihak ketiga,” ungkap dia.
Dengan seminar yang ia ikuti tersebut, Yulvita belajar banyak terkait bagaimana dirinya mengelola bisnis dengan produksi dengan pihak ketiga.
“Kita harus terus berkembang. Bukan hanya usaha kita, tapi juga diri kita. Terutama agar pengelolaan usaha bisa semakin baik ke depannya,” ucap dia.
BRI, sebagaimana disampaikan Dirut BRI terus berkomitmen mendukung UMKM sebagai sektor penting bagi perekonomian Indonesia. Salah satunya karena UMKM merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja paling tinggi di Indonesia.