Suara.com - Jumlah perokok dewasa di Indonesia mengalami peningkatan dalam sepuluh tahun terakhir.
Hasil Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2021 yang diluncurkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), terjadi penambahan jumlah perokok dewasa sebanyak 8,8 juta orang, yaitu dari 60,3 juta pada 2011 menjadi 69,1 juta perokok pada 2021.
Dari sisi ekonomi, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan rokok menjadi salah satu komponen terbesar dalam pengeluaran rumah tangga dan kerap mengenyampingkan kebutuhan lain, seperti makanan bergizi.
Dia menilai kenaikan tarif cukai rokok penting untuk menekan prevalensi atau tingkat konsumsi rokok. Menurut Sri Mulyani, tingginya konsumsi rokok memberikan dampak negatif yang serius bagi rumah tangga. Pasalnya, semakin banyak konsumsi rokok maka alokasi untuk belanja lainnya akan berkurang.
Baca Juga: Awas! Sri Mulyani Ungkap Ada Ancaman Serius Bagi Negara Berkembang
Sementara dari sisi kesehatan dalam satu rokok ada beragam bahan kimia pada rokok. Namun, dua bahan kimia yang paling banyak dikenal oleh masyarakat umum adalah nikotin dan TAR (Total Aerosol Residue).
Peneliti dari Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor (IPB) University, Mohammad Khotib, menjelaskan nikotin secara alami terdapat pada tembakau.
Senyawa tersebut masuk ke dalam golongan alkaloid. Selain tembakau, nikotin juga ditemukan pada tanaman seperti kentang, kentang, terong, dan tomat dengan konsentrasi yang lebih rendah.
“Nikotin adalah senyawa tunggal. Nikotin cenderung membuat adiksi sehingga menimbulkan ketergantungan,” ujar Khotib dikutip Selasa (16/5/2023).
Lalu bagaimana dengan TAR? Khotib menjelaskan, berbeda dengan nikotin, TAR muncul karena proses pembakaran tembakau. TAR menjadi senyawa kimia yang paling berbahaya bagi perokok karena bersifat karsinogenik.
“Jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama, TAR dapat menyebabkan kanker,” katanya.
Baca Juga: Ada Tujuh Ribu Senyawa Kimia Dalam Asap Rokok
Mengacu pada data National Cancer Institute Amerika Serikat, ada sekitar 7 ribu senyawa kimia yang ada di dalam asap rokok, 2 ribu di antaranya terdapat pada TAR. Senyawa yang bersifat karsinogenik tersebut dapat memicu kanker dan meningkatkan risiko berbagai penyakit berbahaya yang diakibatkan oleh kebiasaan merokok.
“Asap rokok adalah komponen yang berbahaya dalam aktivitas merokok karena mengandung senyawa kimia yang sifatnya karsinogenik, seperti TAR,” jelas Khotib.
Sebagai antisipasi dan upaya pengurangan bahaya, Khotib menyarankan perokok dewasa untuk berhenti merokok sebagai upaya mengurangi paparan TAR. Jika sulit berhenti, maka dapat beralih ke produk tembakau alternatif seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik atau vape, dan kantong nikotin.
Berdasarkan data Susenas Maret 2022 Badan Pusat Statistik (BPS), rokok merupakan komponen pengeluaran rumah tangga tertinggi kedua. Di perkotaan, komponennya mencapai 12,21 persen sedangkan di pedesaan mencakup 11,63 persen.