Analis: Tren Peralihan Konsumsi ke Rokok Murah Bisa Ancam Penerimaan Cukai

Kamis, 11 Mei 2023 | 11:37 WIB
Analis: Tren Peralihan Konsumsi ke Rokok Murah Bisa Ancam Penerimaan Cukai
Pedagang menunjukkan cukai rokok yang di jual di Jakarta, Sabtu (5/11/2022). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejumlah analis pasar modal mengingatkan tren peralihan konsumsi rokok masyarakat bisa menghambat optimalisasi penerimaan cukai hasil tembakau (CHT).  Indikasi peralihan konsumsi ke rokok dengan harga lebih murah (downtrading) ini salah satunya terlihat dari kinerja emiten rokok di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Saat ini emiten-emiten besar di Golongan 1 (tarif cukai tertinggi) mengalami penurunan volume penjualan dan produksi yang signifikan. Sebaliknya, emiten yang dibebani tarif cukai lebih rendah mengalami kenaikan volume penjualan.

Laporan interim emiten dan berbagai riset sekuritas memperlihatkan kinerja emiten rokok besar di kuartal I 2023 dipengaruhi oleh kenaikan harga produk dan penurunan harga pokok penjualan akibat berkurangnya produksi. Situasi sebaliknya terjadi pada emiten yang lebih kecil. 

"Berkurangnya penerimaan negara bisa jadi akibat masyarakat yang sensitif terhadap perubahan harga. Akan ada pergeseran konsumsi kalau ada kenaikan harga," kata analis Asosiasi Analis Efek Indonesia, Reza Priyambada yang dikutip, Kamis (11/5/2023).

Berdasarkan Data Riset Indopremier mencatat, sepanjang kuartal I 2023 PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mencatatkan volume penjualan secara tahunan (year-on-year) untuk SKT turun 1,2% dan SKM turun 13,8%. Akibatnya, jumlah setoran pita cukai, pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak rokok Gudang Garam sepanjang kuartal I 2023 hanya Rp 21,47 triliun, turun 14,3% dibanding kuartal I 2022 sebesar Rp 25,06 triliun.

Hal yang sama juga terjadi pada PT HM Sampoerna Tbk (HMSP). Volume penjualan perusahaan sepanjang kuartal I turun 5,8% (yoy). Akibatnya, setoran cukai dari produk yang telah terjual oleh perusahaan ini pada kuartal I 2023 hanya Rp 16,5 triliun, turun 6,25% dari Rp 17,6 triliun di kuartal I 2022.

Penurunan produksi emiten besar ini berdampak pada penerimaan cukai negara mengingat posisinya sebagai kontributor terbesar penerimaan CHT.

Sebaliknya, emiten menengah seperti PT Wismilak Inti Makmur Tbk. (WIIM) meraup untung dari pergeseran konsumsi masyarakat ke rokok yang lebih murah. Terjadi peningkatan produksi dan pemakaian pita cukai oleh perusahaan ini dalam beberapa bulan terakhir.

Data laporan keuangan Wismilak mencatat, pemakaian pita cukai sepanjang kuartal I 2023 sebesar Rp602,6 miliar, melonjak 41,42% dari Rp 426,1 miliar di kuartal I 2022.

Baca Juga: Jual Rokok Elektrik ke Anak di Bawah Umur, APVI Bakal Beri Sanksi Tegas

Dampak downtrading ini juga terefleksi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dirilis Kementerian Keuangan. Pada kuartal 1 2023, penerimaan kepabeanan dan cukai merosot 8,93% menjadi Rp 72,74 triliun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI