Seiring waktu, program CSV KJA terus berkembang hingga direplikasi ke sejumlah kawasan perairan lainnya di Kota Bontang. Begitu pula dengan jumlah anggota Kopnel BEM, dari awalnya hanya mengakomodasi nelayan di sekitar Tanjung Limau, terus tumbuh dengan puluhan anggota dari kawasan lain seperti Bontang Kuala dan Pulau Gusung.
"Sementara dari sisi produktivitas, selain mendirikan usaha rumah makan, Kopnel BEM juga memenuhi permintaan konsumen untuk kebutuhan ekspor berbagai jenis kerapu dan lobster. Penjualan berskala besar dengan total 1-2 ton tiap kali panen mampu dipenuhi sesuai permintaan konsumen," tambah Sugeng.
Mengingat perannya sebagai bio indikator, keberadaan KJA terus menjadi perhatian Pupuk Kaltim dengan berbagai pengembangan setiap tahun. Peningkatan sarana prasarana juga dilakukan secara bertahap, guna mendorong optimalisasi usaha budidaya dan pemberdayaan nelayan.
Hal ini pun wujud implementasi prinsip Environment, Social dan Governance (ESG) Pupuk Kaltim, melalui pengelolaan aspek lingkungan dan kawasan pesisir sebagai salah satu sasaran TJSL perusahaan dalam mendorong kemandirian masyarakat.
"Realisasi program dilaksanakan secara terukur, sehingga mampu mencapai goals yang jelas dalam pengelolaan lingkungan dan kawasan tanpa meninggalkan aspek pemberdayaan untuk kesejahteraan masyarakat," lanjut Sugeng.
Dari benchmark ini, Pupuk Kaltim kata Sugeng, sangat mendukung program KJA bisa diadopsi PT Badak LNG, baik untuk mendorong terjaganya kawasan perairan melalui bio indikator maupun aspek pemberdayaan bagi masyarakat, khususnya nelayan di Kota Bontang. Pupuk Kaltim pun senantiasa terbuka untuk saling bertukar wawasan untuk pengembangan program, sebagai wujud kolaborasi antar perusahaan dalam memberi manfaat optimal bagi masyarakat Bontang.
"Pupuk Kaltim sangat terbuka dan mendukung jika program yang dijalankan perusahaan bisa menjadi referensi, guna memberi manfaat bagi masyarakat maupun lingkungan,” pungkas Sugeng.