Suara.com - Perusahaan transportasi online asal Amerika Serikat (AS) Lyft dikabarkan akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sebesar 30 persen atau setara 1.200 karyawannya dari total 4.000 saat ini.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh CEO baru mereka David Risher pada akhir pekan lalu.
Mengutip CNN, Senin (24/4/2023) David dalam memonya mengatakan pemotongan itu ditujukan untuk membuat keuangan Lyft menjadi bugar kembali.
“Saya memiliki keputusan ini, dan memahami bahwa ini harus dibayar mahal,” kata David.
Baca Juga: Korban PHK Gembira Difasilitasi Mudik Gratis dari Bandung ke Jateng
“Kami tidak hanya berbicara tentang anggota tim, kita berbicara tentang hubungan dengan orang-orang yang telah bekerja (dan bermain) bersama, terkadang selama bertahun-tahun," tambah dia.
Pengumuman tersebut melanjutkan periode gelombang PHK, sebelumnya pada November tahun lalu perusahaan juga memangkas 13% tenaga kerjanya karena kekhawatiran akan resesi yang membayangi.
The Wall Street Journal melaporkan bahwa pemutusan hubungan kerja terbaru akan menghilangkan setidaknya 1.200 posisi atau lebih dari 30% dari stafnya.
Seorang juru bicara Lyft menolak untuk memberikan perincian tentang sejauh mana pemotongan tersebut.
“David telah menjelaskan kepada perusahaan bahwa fokusnya adalah menciptakan pengalaman yang hebat dan terjangkau bagi pengendara dan meningkatkan penghasilan pengemudi,” kata juru bicara tersebut.
Baca Juga: Perusahaan Akutansi Ernst & Young PHK 3.000 Karyawan
"Untuk melakukannya, kami harus mengurangi biaya dan menyusun perusahaan kami sehingga pemimpin kami lebih dekat dengan pengendara dan pengemudi. Ini adalah keputusan yang sulit dan keputusan yang tidak kami buat dengan enteng. Tetapi hasilnya akan menjadi Lyft yang jauh lebih kuat dan lebih kompetitif," tambah sumber tersebut.