Suara.com - Tupperware, merek wadah makanan dan minuman plastik dikabarkan akan alami kebangkrutan. Padahal, merek itu menjadi paling favorit di kalangan emak-emak.
Seperti dilansir dari ABC News, munculnya isu kebangkrutan setelah perusahaan asal Amerika Serikat itu mengalami kesulitan secara keuangan. Selain itu, saham Tupperware juga alami penurunnan 90% selama setahun terakhir.
Bahkan pada perdagangan Senin (10/4) lalu, saham perusahaan terus turun hingga hampir 50%. Saham Tupperware juga terancam dihapus dari New York Stock Exchange karena tidak menyerahkan laporan tahunan.
Menurut Analis ritel dan Direktur Pelaksana di GlobalData Pengecer, Neil Saunders, masalah keuangan ini imbas dari penurunan penjualan secara global.
Baca Juga: Ini 4 Tips Bisnis Tetap Cuan Selama Lebaran
"Jadi, penurunan tajam dalam jumlah penjual, penurunan konsumen pada produk rumah tangga, dan merek yang masih belum sepenuhnya terhubung dengan konsumen yang lebih muda," ujarnya seperti dikutip, Kamis (13/4/2023).
Adanya, penurunan penjualan yang membuat perusahaan krisis keuangan dan tidak memiliki dana yang cukup untuk operasional.
Bakal Ada PHK
CEO Tupperware Miguel Fernandez memastikan akan melakukan perbaikan di tengah krisis keuangan yang melanda perusahaan. Salah satunya, mencari pembiayaan tambahan untuk hadapi masalah keuangan.
"Perusahaan melakukan segala daya untuk mengurangi dampak peristiwa baru-baru ini, dan kami mengambil tindakan segera untuk mencari pembiayaan tambahan dan mengatasi posisi keuangan kami," imbuh dia.
Baca Juga: Produsen Perabot Rumah Tangga Legendaris Tupperware Mau Bangkrut
Selain itu, Tupperware juga tidak menutup kemungkinan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan melakukan efisiensi.
Sejarah Tupperware
Tupperware berdiri pada 1947 ketika Earl Tupper merancang peralatan dapur dari polietilena atau Poli-T, yang diberi nama Tupperware. Pengusaha asal Massachusetts itu memperkenalkan Tupperware setelah Perang Dunia II.
Melansir History, pada awalnya, orang-orang nggak mengerti apa itu Tupperware dan bagaimana menggunakannya. Kemudian, dengan jasa seorang perempuan ambisius dan pasukan penjualnya, wadah inovatif itu terjual ke seluruh Amerika.
Dengan menggunakan strategi, para perempuan berkumpul pada acara The Tupperware Home Parties di era 1950-an hingga 1960-an. Pesta itu jadi satu-satunya cara untuk membeli sederet wadah penyimpanan plastik gagasan Earl Tupper.
Dalam acara tersebut, mereka akan bermain game, melempar mangkuk plastik, dan mengobrol tentang kehidupan mereka. Di situlah, para penjual membagikan formulir pemesanan Tupperware.
Strategi ini nyatanya membuat Tupperware mampu menjalankan bisnis hingga berkembang pesat. Para perempuan turut andil, dengan nggak sekadar memenuhi kebutuhan peralatan rumah tangga, tapi juga bereksperimen dengan teknologi terbaru kala itu.
Nggak cuma itu, ribuan perempuan memulai bisnis rumahan dengan menjual Tupperware. Mereka mendobrak stereotip dengan tetap bisa menghasilkan cuan, meski bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Salah satu penjual Tupperware yang inovatif adalah Brownie Wise. Dia melatih ibu rumah tangga untuk menjual produk tersebut langsung ke konsumen. Tapi karena konflik dengan Earl Tupper pada 1958, dia nggak lagi bekerja untuk Tupperware. Dia bahkan nggak menerima saham perusahaan yang dia bantu.
Saat ini, Tupperware sudah menyasar pasar global dan terjual di lebih dari 100 negara. Tahu nggak, penjualan terbesar Tupperware ada di mana? Jawabannya adalah Indonesia.