Direktur Pemasaran Pupuk Indonesia, Gusrizal mengatakan, Pupuk Indonesia memiliki pengalaman panjang dalam bisnis amonia, yakni sejak 1950. Pupuk Indonesia membangun pabrik amonia pertama di Palembang, Sumatera Selatan.
“Saya harus mengatakan, kami (Pupuk Indonesia) adalah pemain yang kuat dalam pasar amonia,” ujar Gusrizal.
Kata Gusrizal, saat ini Pupuk Indonesia memproduksi sekitar 7 juta ton amonia per tahun. Sebagian besar bahan bakunya adalah urea dan nitrogen, phosphat, kalium (NPK). Pupuk Indonesia masih punya sekitar 1 juta ton per tahun yang dijual langsung ke pengguna atau pembeli akhir.
Selain itu, Pupuk Indonesia ingin menjadikan Indonesia sebagai hub dari pasar amonia dunia. Namun, ada beberapa hal yang harus dilakukan. Pertama adalah membangun sumber daya manusia (SDM). Untuk mencapai target yang optimal, tentu perusahaan perlu memiliki SDM yang andal.
“Penguatan SDM perlu selaras dengan pengembangan infrastruktur,” kata dia.
Kedua, lanjut Gusrizal, dukungan pemerintah. Dukungan pemerintah yang dimaksud adalah insentif. Pasalnya, pengembangan amonia bersih merupakan bentuk dukungan Pupuk Indonesia terhadap program transisi energi dari pemerintah untuk menuju Net Zero Emission di 2060.
"Kita sudah berbicara tentang insentif subsidi karena ini adalah produk baru jadi kami membutuhkan dukungan dari pemerintah. Tapi ini adalah kunci dari kesuksesan ini," jelasnya.
Strategy Officer Jera Co. Inc, Sidhartha Basu mengatakan, amonia bermanfaat sebagai pembawa hidrogen. salah satu manfaat amonia adalah infrastruktur yang ada.
Lebih dari itu, ammonia memiliki infrastruktur, keakraban, rencana kerja, kebijakan untuk penanganan dan penggunaan yang aman.
Baca Juga: Pupuk Indonesia Gencarkan Digitalisasi dan Ekspansi Global
Tetapi ketika ammonia dihubungkan dengan pembangkit listrik, kata Sidhartha, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan. Infrastruktur pengembangan amonia saat ini tidak memadai untuk mengelola volume pembangkit listrik yang diharapkan.