Suara.com - Perempuan kini kerap kali dipandang sebelah mata dalam sebuah bisnis. Padahal potensinya sangat besar, apalagi menggarap bisnis UMKM. Dengan kekuatan emak-emak, UMKM yang digarap perempuan bisa sangat berkembang.
Ketua Dewan Pengawas Koperasi The Investors, Hariadhi mengatakan, Selama ini perempuan memang sering ditempatkan di kasta lebih rendah dalam manajemen bisnis. Seolah perannya hanya terbatas sebagai sekretaris atau resepsionis saja. Itulah yang akhirnya para perempuan rentan terjebak dalam relasi kuasa dan pelecehan.
"Padahal urusan makanan, terutama dalam kebudayaan Indonesia, perempuan adalah pemeran utama. Bukan hanya soal keahlian masak, namun juga berhitung bagaimana dengan penghasilan yang minimal, bisa memenuhi kebutuhan nutrisi satu keluarga. Itu sudah dasar bagus dalam manajemen bisnis," ujar Hariadhi yang juga CEO PT Semoga Segera IPO seperti dikutip, Rabu (5/4/2023).
sementara, Dewan Penasihat sekaligus komisaris PT Semoga Segera IPO, Abdulla Emir menyatakan bahwa peranan perempuan,khususnya dalam bidang bisnis harusnya jauh lebih besar dari yang ada saat ini.
Baca Juga: Pertamina Gencar Promosikan Produk UMKM Binaan di Berbagai Bazar Selama Ramadan
"Karena itu saya sangat selektif dalam menanamkan investasi, diperhatikan apakah perusahaan ini punya value yang menghormati potensi perempuan atau tidak. Tidak boleh lagi dijadikan sasaran eksploitasi, mereka harus aktif mengambil keputusan," kata dia.
Ia mengungkapkan, keputusan PT Semoga Segera IPO untuk mendahulukan perempuan dalam kepemimpinan membuatnya tertarik untuk ikut berinvestasi. "Awalnya ada komitmen setidaknya 50 persen top management harus perempuan. Kenyataannya malah lebih baik, 2 dari 3 posisi di eksekutif ditempati perempuan. Semangat ini yang kemudian ditularkan ke koperasi, 100 persen pengambil keputusannya adalah perempuan," imbuh dia.
Namun, Emir juga menyadari bahwa masih banyak tantangan yang dihadapi kaum perempuan,terutama dalam dunia bisnis."Literasi finansial dan akses ke produk-produk finansial masih sangat kurang dimana menurut riset dari OJK yang melibatkan 14.634 orang dengan metode multistage random sampling pada bulan Juli hingga September 2022 di 76 kota/kabupaten yang tersebar di 34 provinsi, sebanyak 50,33% perempuan memiliki literasi keuangan yang baik.Walaupun lebih unggul dari laki-laki yang hanya sebesar 49,05%,tetapi saya merasa angka ini masih harus ditingkatkan lagi," ujarnya dengan penuh semangat.
Untuk bisa memecahkan masalah tersebut, digunakan strategi urunan, pendekatan teknologi,dan pembinaan komunitas,sehingga diharapkan impactnya bisa dirasakan lebih besar.
"Bagi kami di Suluh Perempuan, meyakini bahwa perjuangan perempuan tak bisa hanya dilakukan oleh satu dua orang atau organisasi akan tetapi membutuhkan kolaborasi atau kerja-kerja bersama dan itu tak hanya kaum perempuan semata namun juga seluruh unsur masyarakat di dalamnya dan kami menyambut baik serta sepakat dengan apa yang menjadi misi utama project ini selama ada follow up yang kongkrit terkait program pemberdayaan korban," ungkap Milla Nabilah, Community Manager PT Semoga Segera IPO yang juga aktif menjadi Wasekjen Suluh Perempuan.
Baca Juga: Dukung Digitalisasi UMKM, Mastercard-DNKI Luncurkan Program Strive
Terkait penggunaan teknologi, Jean-Daniel Gauthier, CEO myriad.social, memberikan pendapat bahwa apps sederhana dan umum sebenarnya bisa saja mengefisienkan kerja perempuan dalam mengelola bisnis.
"Sejarah awalnya teknologi informasi yang kita nikmati sekarang dibangun oleh perempuan-perempuan tangguh, namun kemudian harus disesuaikan untuk bisa melayani keperluan laki-laki yang mendominasi dunia kerja. Sekarang hal tersebut harusnya dilenyapkan, banyak apps sederhana yang bisa digunakan untuk memberdayakan siapapun yang menggunakannya. Literasi digital sangat penting saat ini, tidak boleh ada yang kesulitan mengaksesnya," ungkap Danny.
Selain penggunaan teknologi sederhana, blockchain sebenarnya juga potensial untuk memudahkan kerja mereka dalam memasarkan produk dan menghimpun dana, karena prinsip kerja urun daya dalam blockchain sangat sesuai dengan budaya perempuan Indonesia yang juga senang mengerjakan banyak hal secara kolektif.
"Myriad.social menyediakan akses permodalan dengan menyediakan media sosial yang bisa mendatangkan fundraising. Selain itu metaverse yang kita kembangkan juga potensial digunakan sebagai tempat berjualan," ungkap Hariadhi, yang juga menjadi Business Development Manager di myriad.social.