Mau IPO, MBMA Bidik Dana Segar Rp9,62 Triliun

Kamis, 30 Maret 2023 | 13:05 WIB
Mau IPO, MBMA Bidik Dana Segar Rp9,62 Triliun
Public Expose Penawaran Umum Perdana saham PT Merdeka Battery Materials Tbk di The Ritz Carlton SCBD, Jakarta Selatan pada Kamis, (30/3/2023). (Dok: Restu Fadilah/Suara.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - PT Merdeka Battery Materials Tbk bersiap menggelar Initial Public Offering (IPO) saham sebanyak 11 miliar atau 10,24% dari total portepel saham perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan masih dapat ditingkatkan menjadi maksimal sebanyak 12,1 miliar saham atau 11,14% dari total saham perusahaan pada saat IPO.

Perusahaan dengan kode emiten MBMA ini membuka harga penawaran di kisaran Rp780-Rp795 per saham. Melalui aksi korpirasi tersebut, anak usaha dari PT Merdeka Copper Gold Tbk ini akan mendapatkan tambahan modal hingga maksimal sebesar Rp9,62 triliun.

Saham MBMA rencananya akan tercatat di BEI secara perdana pada 18 April 2023. Proses penawaran saham MBMA akan berlangsung mulai tanggal 12 hingga 14 April 2023 kepada investor di dalam maupun luar Indonesia. Penjamin Pelaksana Emisi Efek dari IPO MBMA adalah PT Indo Premier Sekuritas dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk.

Presiden Direktur MBMA, Devin Ridwan mengatakan, perseroan akan menggunakan dana hasil IPO untuk membiayai pembangunan dan pengembangan sejumlah proyek pemrosesan nikel seperti fasilitas HPAL, konverter nikel matte serta fasilitas produksi asam sulfat melalui proyek Acid Iron Metal I (AIM I).

Baca Juga: Anak Usaha Pertamina Mau IPO, Incar Dana Hampir Rp10 Triliun

Keberadaan fasilitas HPAL dan nikel matte merupakan salah satu komponen penting untuk menghasilkan nikel sulfat dan kobalt sulfat dalam hilirisasi rantai nilai baterai kendaraan bermotor listrik. Asam sulfat juga menjadi salah satu material yang mendukung pemrosesan di fasilitas HPAL. 

Sebagian lainnya akan digunakan untuk memperkuat modal kerja anak usaha, diantaranya PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) yang merupakan perusahaan tambang nikel dengan salah satu sumber daya terbesar di dunia dalam hal kandungan nikel. Saat ini SCM memiliki sumber daya lebih dari 1,1 miliar bijih dry metric tonne yang mengandung 13,8 juta ton nikel dengan kadar 1,22% Ni dan 1,0 juta ton kobalt pada kadar 0,08% Co. Kapasitas produksi tambang SCM diperkirakan akan mencapai 14,6 juta wet metric tonnes pada 2024. MBMA juga akan memakai dana IPO untuk melunasi pinjaman. 

“Saat ini fokus kami adalah untuk menyelesaikan proyek-proyek yang sedang dibangun dan mengintegrasikannya dengan tambang SCM. Dana IPO akan memastikan seluruh proses ini berjalan tepat waktu dan bersinergi secara optimal,” tutur Devin dalam Public Expose Penawaran Umum Perdana saham PT Merdeka Battery Materials Tbk di The Ritz Carlton SCBD, Jakarta Selatan pada Kamis, (30/3/2023).

Lebih jauh dia menjelaskan, melalui IPO ini MBMA akan memiliki dukungan yang lebih kuat untuk mengeksekusi setiap rencana strategis perusahaan di masa mendatang. Sebagai pemilik tambang nikel dengan salah satu sumber daya nikel terbesar di dunia dalam hal kandungan nikel, MBMA berada dalam posisi yang baik untuk mengambil kesempatan dalam hilirisasi rantai nilai baterai kendaraan listrik, didukung oleh teknologi dan sumber daya manusia yang sudah teruji. 

“Saat ini kami masih berada pada fase awal untuk berekspansi ke industri hilir di sepanjang rantai nilai baterai kendaraan bermotor listrik yang akan terintegrasi secara vertikal dengan sumber daya nikel yang mampu berproduksi lebih dari 20 tahun. Dengan IPO ini MBMA akan memastikan bahwa rencana strategis perusahaan dapat berjalan maksimal, sehingga kami dapat mengoptimalkan sumber daya kami untuk memenuhi kebutuhan baterai kendaraan bermotor listrik dunia di masa depan,” jelas Devin.

Baca Juga: Bank Sumut Batal Melantai Bursa, Ini Kata BEI

Untuk membangun dan mengembangkan aset strategis, MBMA telah menjalin kerja sama dengan grup Tsingshan, Huayou, serta CATL, yang merupakan pemain global terdepan dalam rantai nilai baterai kendaraan bermotor listrik. MBMA juga didukung oleh sponsor yang memiliki rekam jejak yang kuat dalam pendanaan dan tata kelola perusahaan, dan MDKA dengan pengalaman pengembangan proyek yang signifikan. 

Sebagai perusahaan yang akan mencatatkan sahamnya di BEI, MBMA memiliki fundamental yang cukup solid. Sampai September 2022, perusahaan telah mencatatkan pendapatan usaha senilai USD 289,45 juta dengan laba kotor sebesar USD 31,31 juta. Adapun laba periode berjalan sebesar USD 32,47 juta. Kinerja tersebut mencerminkan performa anak usaha sejak tanggal akuisisi sampai dengan 30 September 2022. Dengan total aset mencapai USD 1,89 miliar, perusahaan memiliki ekuitas sebesar USD 1,29 miliar. 

Wakil Presiden Direktur MBMA, Jason Greive menyatakan, saat ini sumber pendapatan perusahaan masih berasal dari operasional smelter RKEF yang menghasilkan Nickel Pig Iron (NPI) dengan kapasitas terpasang produksi agregat mencapai 38.000 Ni per tahun per 30 September 2022. Namun, setelah pembangunan atau komisioning smelter RKEF baru, tambang SCM dan proyek AIM I, MBMA diproyeksikan akan dapat menghasilkan 88.000 Ni per tahun dan 1,2 juta ton asam per tahun. 

“Sesuai dengan komitmen perusahaan, kegiatan usaha yang dijalankan senantiasa mengikuti regulasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Perusahaan juga berkomitmen untuk menjalankan proses bisnis sesuai dengan prinsip tata kelola Environmental, Social and Governance atau ESG. Ini adalah salah satu bentuk dukungan perusahaan untuk mencapai target net-zero emission pada tahun 2050,” kata Jason.

Sebagai informasi, MBMA merupakan perusahaan yang melaksanakan hilirisasi dalam rantai nilai baterai. Adapun penjamin pelaksana emisi efek dari IPO MBMA adalah PT Indo Premier Sekuritas dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI