Suara.com - PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menderita rugi bersih di kuartal keempat 2022 sebesar Rp19,5 trilliun. Akibatanya, rugi bersih sepanjang tahun 2022 menyentuh Rp40,4 triliun atau membengkak 55,9 persen dibanding rugi bersih tahun 2021 yang tercatat sebesar Rp25,9 triliun.
Dalam keterangan resmi GOTO yang dikutip Selasa (21/3/2023), bahwa kerugian tercatat di beberapa aspek selain kas maupun peristiwa yang hanya dilakukan satu kali, yang tidak mencerminkan kinerja bisnis inti perseroan.
Aspek-aspek tersebut mencakup penurunan nilai (goodwill impairment) sebesar Rp11 triliun terkait dengan penggabungan Gojek dan Tokopedia, investasi di JD, serta peningkatan beban kompensasi berbasis saham, dikarenakan adanya penyesuaian asumsi masa kerja karyawan, serta beban restrukturisasi.
Jika beban tersebut tidak ada, rugi bersih kuartal keempat 2022 adalah sekitar Rp6,5 triliun, dengan perbaikan 36 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dan 3 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.
Baca Juga: BCA Tebar Dividen Rp20 Triliun Jelang Lebaran
Namun Direktur Utama GOTO, Andre Soelistyo menyampaikan, EBITDA yang Disesuaikan tumbuh sebesar 52 persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp-3,1 triliun di kuartal keempat, yang menandai peningkatan empat kuartal secara berturut-turut, didorong oleh kinerja yang solid dari unit bisnis On-Demand Services.
Adapun pendapatan bruto pada kuartal keempat 2022 tercatat tumbuh 19 persen dibanding tahun sebelumnya menjadi Rp6,3 triliun.
“Kami berada di jalur yang tepat, untuk mencatatkan nilai positif EBITDA yang disesuaikan pada kuartal keempat 2023. Meski demikian, kami akan terus mempertahankan langkah percepatan hingga tercapainya tujuan tersebut,” kata dia.
Ia menambahkan, pertumbuhan monetisasi, seiring dengan efisiensi insentif dan promosi, mendorong perbaikan margin kontribusi Grup di kuartal empat yang meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 254 bps, dan mencapai -0,4 persen dari keseluruhan nilai transaksi bruto (GTV).
GTV juga tumbuh 18 persen dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai Rp162 triliun.
Baca Juga: Sumber Kerugian GoTo Tahun 2022 Didominasi Aspek Non Kas
Lebih lanjut diungkapkan, unit bisnis On-Demand Services mencatatkan margin yang berkontribusi positif untuk kuartal keempat 2022, satu kuartal lebih cepat dari pedoman kinerja.
Sementara itu, Direktur Keuangan GOTO, Jacky Lo menyampaikan, posisi kas Perseroan tercatat sebesar Rp29 triliun pada akhir kuartal keempat 2022.
Perseroan juga memiliki fasilitas kredit dengan nilai sekitar Rp4,65 triliun yang mana telah digunakan sebesar Rp1,5 triliun.
Dengan demikian, posisi kas dan neraca Grup GoTo tetap solid dan memadai untuk mencapai arus kas operasional positif tanpa membutuhkan pendanaan eksternal tambahan.
“EBITDA yang disesuaikan secara Grup pada kuartal keempat 2022 adalah sebesar Rp-3,1 triliun atau -1,9 persen dari GTV, yaitu perbaikan sebesar 52% dari tahun sebelumnya dan 15% dari kuartal sebelumnya,” papar dia.
Ia melanjutkan, upaya penghematan di kuartal keempat 2022 berdampak pada penurunan beban operasional tetap (fixed operating expense) rata-rata bulanan sebesar 20 persen pada Januari-Februari 2023, dibandingkan dengan kuartal keempat 2022, dan menghasilkan penghematan biaya bulanan senilai sekitar Rp200 miliar.
Adapun insentif dan pemasaran produk berkurang 34 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pada kuartal empat 2022 dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, atau senilai Rp2,8 triliun.
Lebih jauh dia mengatakan, rata-rata transaksi konsumen tercatat tumbuh 24 persen dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai Rp9,6 juta per konsumen per tahun di kuartal keempat 2022.
“Sepanjang kuartal keempat, jumlah konsumen loyal On-Demand Services dan E-commerce tumbuh sebesar 19% dibandingkan tahun sebelumnya, dengan nilai transaksi mencapai lebih dari 60 persen dari total GTV. Hal ini turut mendorong peningkatan margin kontribusi per pelanggan di kuartal empat, sebesar lebih dari 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya, seiring dengan semakin berkurangnya insentif. Bersamaan dengan itu, Perseroan mencatat peningkatan take rate sebesar 234 bps dan 32 bps dari tahun sebelumnya, masing-masing untuk On-Demand Services dan E-Commerce,” pungkas dia.