Selain itu, menurut dia, keunggulan gas bumi lainnya adalah dapat dimanfaatkan industri-industri lainnya sebagai bahan baku (feedstock) baik untuk pupuk, ammonia, urea serta seluruh produk turunan plastik, sehingga kedepan diperkirakan pemanfaatan gas ini akan semakin meningkat.
Pilihan pemerintah, yang memutuskan gas bumi sebagai andalan di era transisi energi, ini juga dinilai sangat tepat mengingat dalam satu decade terakhir Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) lebih banyak menemukan cadangan gas dibandingkan minyak bumi.
“Lebih 50 persen penemuan sumur eksplorasi dalam 1 decade terakhir lebih banyak berupa gas. Rata-rata 70 persen Plan of Development merupakan pengembangan lapangan gas. Dan Reserve to Production gas Indonesia 2 kali lebih besar dibandingkan minyak bumi”, ungkap Kemal.
Sementara itu Akbar memastikan selaku BUMN hulu minyak dan gas bumi (migas) nasional, sekaligus salah satu produsen gas terbesar di Tanah Air, Pertamina Hulu Energi (PHE) turut mendukung program pemerintah yang menjadikan gas sebagai andalan di era transisi energi.
Sebagai Sub-Holding Upstrem Pertamina PHE berkontribusi signifikan pada pemenuhan pasokan gas nasional dimana pada tahun 2022 lalu PHE memproduksi gas alam sebesar 2.500 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
Akbar menjelaskan, kedepannya untuk meningkatkan produksi gas bumi nasional maka PHE menerapkan strategi terintegrasi berupa, mengintegrasikan seluruh data bawah permukaan (subsurface integration) sinergi dan borderless operation antar anak usaha hulu migas dibawah Pertamina, mempercepat persetujuan terhadap rencana investasi pengembangan proyek-proyek hulu migas (Final Investment Decision/FID) serta cost effectiveness.