Suara.com - Laba perusahaan BUMN PT Timah Tbk terpangkas 20,04 persen di tahun 2022, dimana emiten dengan kode saham TINS tersebut membukukan laba bersih yang telah diaudit sebesar Rp1,041 triliun.
Pereolehan laba ini lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2021 yang mencapai Rp1,302 triliun.
Mengutip laporan keuangan TINS dilaman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (16/3/2023). Penurunan laba bersih ini dipicu menurunnya penjualan logam timah sebesar 21,05 persen atau menjadi Rp9,781 triliun, alhasil pendapatan TINS mengalami penurunan sebesar 14,3 persen menjadi Rp12,504 triliun.
Dampaknya, laba bersih per saham dasar turun ke level Rp140 per lembar, sedangkan di akhir tahun 2021 berada di level Rp175.
Baca Juga: Gelar Jalan Sehat Bersama BUMN di 3 Kabupaten di Sultra, ANTM Hadirkan Produk Pelaku UMKM
Tapi penjualan senyama kimia timah tumbuh 5,2 persen menjadi Rp1,123 triliun. Bahkan penjualan batu bara melonjak 53,8 persen menjadi Rp720,45 miliar.
Senada, penjualan timah patri terkerek 26,2 persen menjadi Rp279,33 miliar. Demikian juga dengan penjualan nikel yang naik 31,2 persen menjadi Rp214,14 miliar.
Walau beban pokok pendapatan dapat ditekan sedalam 10,64 persen menjadi Rp9,978 triliun. Tapi laba kotor tetap turun 26,5 persen menjadi Rp2,526 triliun.
Sementara itu, total kewajiban berkurang 28,1 persen menjadi Rp6,025 triliun. Pada sisi lain, jumlah ekuitas bertambah 11,6 persen menjadi Rp7,041 triliun.
Sementara dalam siaran persnya disebutkan, TINS membukukan laba bersih sebesar Rp1,04 triliun di tengah fluktuasi harga jual logam timah yang cukup tinggi.
Baca Juga: Kementerian BUMN Luncurkan Program Mudik Gratis untuk Lebaran Ini