Waspada, Fenonema Digital Bubble Meletus Seperti PHK di 2023

Rabu, 15 Maret 2023 | 13:24 WIB
Waspada, Fenonema Digital Bubble Meletus Seperti PHK di 2023
Diskusi Indonesia Industry Outlook (IIO) 2023/ist
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tidak ada yang keliru jika mengatakan 2023 adalah tahun penuh tantangan, terutama bagi para pelaku bisnis nasional. Hal ini terjadi karena ada 3 change drivers yang berpotensi mengganggu perputaran roda ekonomi. Pertama, krisis global. Kedua, gonjang-ganjing tahun politik. Dan ketiga, disrupsi pasca-pandemi.

Dalam hal krisis global, perang Rusia-Ukraina yang berlangsung sejak 24 Februari 2022, telah menimbulkan ancaman resesi di banyak negara. Adapun di lingkup nasional, tahun politik juga menghadirkan tantangan berat karena mendatangkan potensi ketidakpastian yang tinggi.

Seiring dengan dua change drivers tersebut, disrupsi pasca-pandemi malah benar-benar tak bisa diabaikan. Pasalnya, tiga tahun pandemi berjalan (2020-2022), sungguh telah membuat guncangan besar.

Paling nyata adalah terjadinya pembilasan atau seleksi di banyak industri. Banyak pemain yang tak memiliki fondasi serta model bisnis yang sehat, telah bertumbangan digulung pandemi. Alhasil tak berlebihan jika Presiden Jokowi pun bahkan menyebut tahun 2023 bisa berpotensi menjadi Tahun Gelap bagi industri global.

Baca Juga: MUFG dan Danamon Bantu Pertumbuhan Startup Lewat Proyek Garuda Fund

Dalam rangka memberi panduan bagi para industry leaders di Indonesia tentang apa strategi yang tepat untuk menghadapi tahun penuh tantangan ini, lembaga konsultan Inventure dan biro riset Alvara kembali hadir menggelar Indonesia Industry Outlook (IIO) 2023.

Dalam IIO Conference yang berlangsung secara hybrid, hadir 16 pembicara terkemuka dari sejumlah industri di Tanah Air yang tampak paling bergolak dan terdampak perubahan-perubahan yang signifikan. Mereka akan memaparkan dua hal utama: tantangan yang dihadapi dan langkah-langkah strategis untuk dieksekusi.

Kemudian, pada acara IIO Awarding, akan diberikan penghargaan kepada 32 Top Indonesia Industry Leaders.

"Mereka adalah para pelaku di berbagai industri yang dinilai telah sukses beradaptasi dan terus tumbuh di tengah tantangan serta berbagai disrupsi yang terjadi. Kami melakukan seleksi dan kurasi yang ketat untuk memilihnya," ujar Yuswohady, Founding Chairman Indonesia Industry Outlook di Jakarta, Rabu (15/3/2023).

Melengkapi conference dan awarding, disajikan juga report Indonesia Industry Outlook 2023 yang menampilkan hasil riset terbaru mengenai prospek 20 industri paling hot di tahun 2023, di antaranya banking & finance, hotel, otomotif, properti, dan food & beverage.

Menurut Yuswohadi, ada banyak insight yang diperoleh dari riset IIO 2023.

Baca Juga: Di Saat yang Lain Berguguran, Startup Ini Justru Pertahankan Kinerja

"Selain pembilasan di industri, tiga tahun pandemi juga menimbulkan apa yang kami sebut sebagai ‘kerusakan’ di banyak industri," jelas dia.

Salah satu dampak yang terlihat menonjol adalah di industri startup. Tak terkecuali di Indonesia, para pelaku startup menghadapi ancaman meletusnya gelembung. Di sisi hulu, era bakar uang telah selesai.

Investor, terutama investor global, kini semakin banyak perhitungan, terlebih di tengah situasi global yang terancam resesi. Mereka menekan startup untuk segera cetak profit.

Sementara di sisi hilir, konsumen yang price sensitive cenderung meninggalkan layanan yang digunakannya karena berkurangnya aneka diskon yang dilakukan startup demi menjaga efisiensinya.

"Awas, hati-hati! Kita mesti mewaspadai sinyal meletusnya digital bubble dari sektor startup sepertinya banyaknya PHK. Ini akan merembet serta berdampak ke sektor-sektor lain yang terkait langsung ataupun tidak karena biasanya pelaku startup memiliki ekosistem yang luas," kata Yuswohady.

Temuan IIO 2023, lanjut Yuswohady, mengonfirmasi hal ini. Salah satunya adalah kalangan konsumen yang kritis akan makin meninggalkan atau menghapus penggunaan aplikasi digital, yang mereka anggap tidak efisien serta kompetitif.

Dari riset IIO 2023, yang merasakan potensi itu adalah pelaku industri Online Travel Agent (OTA) yang terancam ditinggalkan karena konsumen lebih memilih memesan langsung ke service provider (hotel) lantaran merasa lebih ringkas prosesnya, selain tidak mendapat tawaran menggiurkan – seperti diskon – dari kalangan OTA.

Di luar hal di atas, kajian IIO 2023 juga memunculkan sejumlah insight menarik lainnya. Di antaranya: perubahan consumer behavior Indonesia yang akan mengarah ke fenomena consumer megashift (pergeseran perilaku berskala kolosal). Kemudian, layanan perbankan via kantor cabang bank akan semakin kalah populer dibandingkan solusi yang disediakan minimarket atau convenience store yang menjamur di sekitar perumahan.

"Ketiga change driver ini luar biasa saling pengaruh-memengaruhi satu sama lain, menciptakan VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity) yang sangat besar di tahun 2023. Para industry leaders mesti mewaspadai efek-efeknya," imbuh Yuswohady.

Kendati tantangan demikian berat, Yuswohady yang juga pakar manajemen dan bisnis ini optimistis jalan terang tetap terlihat.

"Lewat IIO inilah kami ingin membekali para industry leader agar bisa menyukseskan target 2023 dengan sebaik-baiknya," jelas dia.

Pasalnya, dalam report IIO 2023, selain disajikan insight atas perkembangan sejumlah industri, juga akan dibedah dan diidentifikasi secara lengkap berbagai tren pasar yang berpotensi tumbuh beserta strategi dan tips menjalankan usaha dan bisnis di tahun 2023.

"Jadi, tahun 2023 memang tampak gelap. Namun dengan berpegang pada hasil IIO 2023 ini, saya berharap para industry leaders bisa memahami bagaimana caranya menciptakan cahaya di tengah lorong yang gelap. Kalau kita bisa melakukan itu, tahun 2023 justru bisa menjadi tahun terang bagi para pemain-pemain yang agile dan smart," pungkas dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI