Suara.com - President University (Presuniv) dan Sungshin Women's University dari Korea Selatan meresmikan kolaborasinya dengan mendirikan K-Food Institute. Peresmian dilakukan di pusat akselerator bisnis Presuniv, yakni di SetSail BizAccel–President University Business Accelator, yang berlokasi di area Medical City, kawasan industri Jababeka, Cikarang.
Peresmian K-Food Institute atau Korean Food Institute tersebut ditandai dengan pengguntingan pita bersama oleh President University International Chancellor Prof. Ki Chan Kim, President Sungshin Women's University, Prof. Seong Keun Yi, dan Rektor Presuniv Prof. Dr. Chairy.
Hadir dalam kesempatan tersebut Ketua Yayasan Pendidikan Universitas Presiden Prof. Dr. Ir. Budi Susilo Soepandji, DEA, dan Wakil Rektor Bidang Akademik Handa S. Abidin, SH, LL.M, Ph.D.. Hadir pula para dosen dan kepala biro di Presuniv beserta sejumlah tamu undangan lainnya.
“Saya merasa sangat terhormat bisa berada bersama-sama dengan segenap undangan dalam peresmian K-Food Institute. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada Rektor Presuniv Prof. Chairy dan segenap civitas academica Presuniv atas sambutannya yang hangat. Saya juga mengucapkan selamat kepada Prof. Ki-Chan Kim atas dukungan terhadap Sungshin Women's University dalam kerja sama ini.” kata Prof. Seong Keun Yi.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Drama Korea yang Dijamin Akan Menguras Air Matamu
“Presuniv adalah lembaga pendidikan yang inovatif. Sejak didirikan pada tahun 2001, Presuniv terkenal sebagai institusi yang terkemuka dalam menerapkan konsep pendidikan global yang berorientasi pada masa depan. Saya senang bisa bekerja sama dengan Presuniv," Prof. Seong melanjutkan.
Pada kesempatan tersebut, Prof. Seong juga memaparkan sekilas tentang Sungshin Women's University. Ungkapnya, pada tahun 2023, universitas tersebut akan merayakan ulang tahun ke-87 tahun. Sungshin Women's University, lanjut Prof. Seong, saat ini memiliki 13 fakultas dengan 49 jurusan atau program studi.
“Kami memiliki dua kampus di Seoul dengan sekitar 11.000 mahasiswa,” kata dia.
Prof. Seong juga berharap kerja samanya dengan Presuniv akan berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan membuahkan banyak hasil yang positif.
Prof. Chairy menyambut baik kerja sama Presuniv dengan Sungshin Women's University.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Film Korea Bertema Fantasi Paling Out Of The Box
“Sejak berdirinya Presuniv sudah mencanangkan visi untuk menjadi international university. Untuk mewujudkan visi tersebut, tentu Presuniv harus banyak melakukan kolaborasi dengan lembaga-lembaga internasional, baik itu universitas, korporasi maupun institusi internasional lainnya. Saya senang bisa bekerja sama dengan Sungshin Women's University," kata Prof. Chairy.
“Melalui kerja sama ini kami tentu akan bisa menggali banyak hal dari pengalaman dan tradisi di Sungshin Women's University dalam mengelola program pendidikannya, ketika melakukan riset maupun menjalankan perannya dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.” Prof. Chairy menambahkan.
Icon di Silicon Valley-nya Indonesia
Dalam perjanjian kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani oleh Presuniv maupun Sungshin Women's University, kedua belah pihak sepakat untuk menjalin kerja sama dalam bidang riset, pertukaran mahasiswa dan dosen, pengembangan bisnis dan perusahaan rintisan (startup) serta berbagai inisiatif lainnya. Sebagai wujud langsung dari kerja sama tersebut adalah pendirian K-Food Institute. Soal ini, Prof. Seong mengungkapkan optimismenya.
“Saya percaya kehadiran K-Food Institute akan menjadi landasan penting dalam pengembangan industri kuliner dan kerja sama Indonesia-Korea Selatan.” ucapnya.
Salah satu visi K-Food Institute adalah menciptakan pengalaman pembuatan kuliner Korea yang otentik dan padu, serta tersedianya tempat yang khusus mengeksplorasi kuliner Korea yang berkualitas, sehat dan terjangkau. Hadirnya K-Food Institute diharapkan mampu mewujudkan gagasan tersebut.
Sebagai Presuniv International Chancellor, Prof. Ki-Chan Kim menyatakan keinginannya untuk menjadikan area K-Food Institute sebagai salah satu icon dari Silicon Valley-nya Indonesia dalam bidang kuliner Korea.
“Lewat kolaborasi ini, dan dengan adanya K-Food Institute, saya berharap bisa menjadikan area ini seperti Gangnam Food Street yang terkenal di Korea. Sebagai International Chancellor, saya akan berupaya untuk mewujudkan hal tersebut,” ujar Prof. Kim.
Guna merealisasikan rencana tersebut, K-Food Institute akan mengadakan berbagai kegiatan. Di antaranya, menyelenggarakan berbagai lomba, termasuk untuk perusahaan rintisan, yang mengusung tema Korean Food dan mengembangkan area kuliner Korea.
K-Food Institute juga diharapkan bisa menjadi tempat bagi mahasiswa Presuniv untuk mengembangkan potensinya dalam bidang kuliner dan berkontribusi dalam mengembangkan bisnis dan tradisi kuliner Korea di Indonesia.
Melalui berbagai kegiatan tersebut diharapkan dalam lima hingga sepuluh tahun mendatang akan terbentuk kawasan kuliner Korea di Jababeka.
Dukung Persiapan Karier Mahasiswa
Bisnis kuliner Korea di Indonesia berkembang seiring dengan masuknya Korean Wave, atau biasa disebut juga Hallyu. Merujuk survei kantor diplomasi Korea Selatan, dalam sepuluh tahun terakhir penggemar Hallyu di 116 negara di dunia, termasuk Indonesia, meningkat 17 kali lipat atau menjadi sekitar 156,6 juta orang.
Ini terutama pada kalangan anak-anak muda pencinta musik K-Pop, drama Korea, lifestyle maupun kuliner. Makanan khas Korea, seperti tteokbokki, kimchi, dan gimbab, kian populer di seluruh dunia karena cita rasanya yang unik dan sehat. Sebagian rasa kuliner Korea yang pedas juga semakin pas buat lidah orang Indonesia.
Upaya menghadirkan K-Food Institute sebagai pengembangan bisnis rintisan berbasis kuliner Korea sangat sejalan dengan strategi Presuniv dalam menyiapkan tiga jalur karier bagi mahasiswanya.
“Presuniv menyiapkan tiga jalur sebagai persiapan karier masa depan mahasiswa setelah mereka lulus, yakni jalur eksekutif profesional, entrepreneur, dan akademisi atau peneliti.” kata Prof. Chairy.
Hadirnya K-Food Insitute, kata Prof. Chairy, akan menopang persiapan salah satu jalur karier mahasiswa Presuniv yang ingin menjadi entrepreneur. Meski begitu, lanjut Chairy, K-Food Institute juga bisa mewadahi mahasiswa yang ingin melakukan riset terkait dengan tradisi kuliner Korea, termasuk yang berkembang di Indonesia.
Prof. Budi Susilo Soepandji dalam sambutannya juga merasa senang dengan kehadiran K-Food Institute, termasuk adanya perjanjian kesepahaman antara Presuniv dengan Sungshin Women's University.
“Saya optimis akan ada banyak peluang kerja sama yang bisa dilakukan Presuniv bersama dengan Sungshin Women's University,” tegas Prof. Budi Susilo.
Salah satunya adalah dalam bidang bahasa. Melalui program pertukaran dosen mahasiswa, lanjut Prof. Budi Susilo, akan ada pengembangan bahasa Korea ke Indonesia, dan sebaliknya bahasa Indonesia ke Korea.
“Ini tentu akan berdampak positif bagi peningkatan hubungan kerja sama antara Indonesia dengan Korea Selatan,” tegas Prof. Budi Susilo.
Pada era global seperti sekarang ini, penguasaan bahasa asing memang menjadi sangat penting. Baik itu bahasa Inggris, dan terutama bahasa asing dari negara-negara di kawasan Asia, seperti bahasa Korea, Jepang atau Mandarin. Terlebih karena era sekarang adalah eranya Asia.