Suara.com - Perusahaan holding dan aktivitas konsultasi manajemen lainnya, PT Nusantara Sawit Sejahtera Tbk (NSS) resmi mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui mekanisme penawaran umum perdana atau intial public offering (IPO).
Dalam aksi korporasi ini, Perseroan melepas sebanyak 3,568 miliar saham kepada publik. Jumlah saham yang ditawarkan tersebut mencapai 15% dari modal disetor NSS setelah penawaran umum perdana saham.
Perseroan merampungkan penawaran awal (book building) pada 17-22 Februari 2023. Setelah memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 28 Februari 2023, NSS lalu melanjutkan dengan masa penawaran umum perdana saham pada tanggal 2-8 Maret 2023.
Menurut Teguh Patriawan, Presiden Direktur NSS, nilai nominal saham Perseroan sebesar Rp50 per saham.
Baca Juga: Dana IPO Betah Parkir di Deposito, BEI Cecar Bukalapak
"Harga perdana saham NSS ini sebesar Rp127 per lembar. Itu berarti dana yang kami himpun melalui IPO saham ini sebesar Rp453,165 miliar," katanya dalam siaran pers di Jakarta, Jumat (10/3/2023).
Teguh mengemukakan, selama masa penawaran umum, berdasarkan sistem e-IPO, Perseroan mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscribed) sekitar 13,9 kali. Hal ini menunjukan tingginya animo investor terhadap IPO saham NSS.
Seiring dengan penawaran umum perdana saham, NSS juga menerbitkan sebanyak 1,784 miliar waran seri I, atau sebanyak 8,82% dari total saham ditempatkan dan disetor penuh pada saat pernyataan pendaftaran dalam rangka IPO ini disampaikan.
Setiap pemegang dua saham baru berhak memperoleh satu waran seri I, dimana setiap pemegang satu waran seri I berhak membeli satu saham baru dengan harga pelaksanaan sebesar Rp190 per saham.
“Jika seluruhnya dilaksanakan oleh pemegang waran seri I, dana yang akan diperoleh NSS mencapai Rp338,982 miliar,” ungkap Teguh.
Baca Juga: Harga Saham Emiten Baru Banyak yang Bikin Investor Boncos
PT Mitra Agro Dharma Unggul merupakan pemegang saham mayoritas NSS sebelum IPO dengan persentase kepemilikan sebesar 59,11%. Kemudian Ir. Teguh Patriawan memiliki 17,12% saham, PT Nusantara Makmur Lestari 10,75%, Yantoni Kerisna sebesar 6,14%, Thomas Tampi sebesar 5,00%, dan PT Bina Palangka Makmur sebesar 1,88%.
Menurut Teguh, dana hasil IPO rencananya akan digunakan untuk membiayai pembangunan fasilitas produksi, pembiayaan penanaman baru, dan modal kerja entitas anak.
Dana tersebut akan disalurkan melalui mekanisme penyertaan modal. PT Borneo Sawit Perdana (BSP) menjadi salah satu anak usaha yang akan menerima suntikan modal dengan dana hasil IPO.
Sekitar 33% akan digunakan untuk belanja modal dalam membangun pabrik kelapa sawit seluas 40 hektare (ha) berkapasitas 60 ton tandan buah segar (TBS) per jam dan fasilitas pendukungnya.
Sekitar 9,4% akan digunakan untuk pemenuhan modal kerja BSP dalam pembelian pupuk dan agrochemical atau bahan kimia pertanian.
PT Bina Sarana Sawit Utama (BSSU) juga akan mendapat suntikan dana hasil IPO, sekitar 47% akan digunakan untuk belanja modal dalam rangka penanaman baru perkebunan sawit.
Dari jumlah tersebut, 15% di antaranya akan dipakai untuk pembebasan lahan seluas 6.831 ha agar berstatus hak guna usaha (HGU). Adapun sisa anggaran akan dipakai untuk proses pembibitan hingga pemupukan selama periode belum menghasilkan.
Kemudian, sekitar 10,6% dana hasil IPO akan disalurkan kepada PT Prasetya Mitra Muda untuk pemenuhan modal kerja PMM dalam pembelian pupuk dan agrokimia atau bahan kimia pertanian.
“Dana yang diperoleh Perseroan dari hasil pelaksanaan waran seri I seluruhnya akan digunakan untuk belanja modal ke entitas anak dengan mekanisme penyertaan modal,” tandasnya.
Teguh menambahkan, bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek dalam IPO NSS adalah PT BRI Danareksa Sekuritas, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, PT Sucor Sekuritas dan PT Samuel Sekuritas Indonesia.
Dengan kapitalisasi pasar NSS sekitar Rp2,9 hingga Rp4,5 triliun, Teguh optimis, bisnis CPO kedepan masih memiliki potensi besar di Indonesia. Per September 2022, penjualan NSS mencapai Rp864,31 miliar.
Pencapaian ini naik 13,2% dibandingkan penjualan NSS sebesar Rp763,38 miliar per September 2021.
Kenaikan penjualan tersebut didorong oleh peningkatan penjualan CPO sebesar 9,5% dan peningkatan penjualan PK sebesar 17,3%. Ini dipicu oleh kenaikan harga jual rata-rata CPO sebesar 17,8% dan kenaikan harga jual rata-rata PK sebesar 26,8%.
Dari penjualan tersebut, NSS membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp66,07 miliar. Laba tersebut turun 56,1%, dari periode sama 2021 yang mencapai Rp147,56 miliar.
Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan laba sebelum manfaat pajak penghasilan badan sebesar Rp89,98 miliar atau sekitar 46,3%.
Berikut, total ekuitas NSS meningkat sebesar 11,8%, dari 559,254 miliar per 31 Desember 2021 menjadi Rp625,326 miliar per 30 September 2022. Kenaikan tersebut disebabkan oleh penurunan akumulasi rugi sebesar Rp66,07 miliar.
Sementara total aset Perseroan per 30 September 2022 turun 1,4%, dari Rp2,975 triliun per 31 Desember 2021 menjadi Rp2,932 triliun per 30 September 2022.
Penurunan aset Perseroan disebabkan oleh penurunan aset lancar sebesar Rp123,59 miliar atau sebesar 31,1%.
Sedangkan total liabilitas Perseroan mengalami penurunan sekitar 4,5%, dari Rp2,415 triliun per 31 Desember 2021 menjadi Rp2,307 triliun per 30 September 2022. Ini disebabkan oleh penurunan liabilitas jangka pendek sebesar Rp121,9 miliar atau sebesar 33,6%.