Suara.com - Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mendesak pemerintah untuk merelokasi warga di sekitar Depo Pertamina Plumpang. Pasalnya, wilayah Depo merupakan wilayah berbahaya, dan tidak boleh dihuni oleh warga.
Tulus pun melihat sejarah pembangunan Depo Pertamina Plumpang dulu banyak sekali kebun kangkung. Namun kini, kebun kangkung itu berubah menjadi rumah-rumah warga.
"Depo BBM adalah very danger zone. Depo BBM Plumpang dibangun pd 1974, dan waktu itu sekitar depo masih kebun kangkung, sekarang kok berubah menjadi 'kebun manusia'," ujar Tulus di Jakarta, Minggu (5/3/2023).
Dia juga memberi dua catatan setelah terjadi kebakaran Depo, pertama Pertamina harus menjamin bahwa pasokan BBM di Indonesia aman dan tidak akan terganggu.
Baca Juga: Hilang saat Mengaji, Tiga Anak Korban Kebakaran Pertamina Plumpang Kini Masih Dicari
"Sebab depo BBM Plumpang berkontribusi terhadap 20 persen pasokan BBM di Indonesia," kata dia.
Kedua, Tulus menyebut, perlu evaluasi terhadap jarak aman pemukiman di sekitar depo BBM tersebut. Karena, banyaknya korban karena lokasi depo BBM sangat dekat dengan pemukiman.
"Sangat dekat lokasi pemukiman dengan depo BBM, yang berjarak hanya 28 meter saja, hanya berbatas tembok," imbuh dia.
Sebelumnya, Depo Pertamina Plumpang meledak dan menyebabkan kebakaran hebat yang menjalar ke pemukimam warga. Akibat kejadian ini, setidaknya terdapa 17 orang meninggal, dan 35 orang sedang dalam perawatan.
Direktur Pertamina, Nicke Widyawati, menyampaikan turut prihatin dan bela sungkawa kepada seluruh korban.
Baca Juga: Update Terkini Kebakaran Plumpang: 19 Tewas, 3 Anak Masih Dicari
"Saya dan jajaran Pertamina menyampaikan bela sungkawa, duka cita yang sebesar-besarnya karena insiden kebakaran pipa di terminal Plumpang ini telah menyebabkan ada 18 orang meninggal," ujar Nicke di Jakarta Selatan, Sabtu (4/3/2023).