Suara.com - Prof. Ki-Chan Kim secara resmi diperkenalkan sebagai International Chancellor President University (Presuniv). Acara perkenalan diselenggarakan di Auditorium Charles Himawan, Gedung A lantai 5, kampus Presuniv di Jababeka Education Park, Kota Jababeka, Cikarang.
Acara tersebut dihadiri oleh Prof. Dr. Ir. Budi Susilo Soepandji, Ketua Pengurus Yayasan Pendidikan Universitas Presiden dan segenap pengurus yayasan lainnya. Hadir pula Rektor Presuniv Prof. Dr. Chairy, Wakil Rektor Bidang Akademik Handa S. Abidin, S.H., LL.M., Ph.D., para dekan dan kepala program studi, segenap dosen dan tamu-tamu undangan lainnya.
Sebagai International Chancellor, Kim akan banyak berperan untuk mempromosikan kerja sama internasional antara Presuniv dengan berbagai universitas terkemuka, kalangan korporasi di seluruh dunia dan berbagai organisasi lainnya. Kerja sama ini akan mencakup riset, pertukaran mahasiswa dan dosen, pengembangan bisnis perusahaan rintisan, dan berbagai inisiatif lainnya.
Budi Susilo Soepandji dalam sambutannya pada perkenalan tersebut mengatakan bahwa penunjukkan Kim sebagai International Chancellor sangat strategis artinya bagi Presuniv.
Baca Juga: Jababeka Terapkan Pelaporan Pengelolaan Lingkungan Secara Online
“Pada era global seperti sekarang ini, universitas dan segenap civitas academica-nya harus siap untuk menjadi warga dunia, menjadi warga global.” kata Budi Susilo.
Apalagi, lanjut dia, Presuniv sejak awal memang sudah mencanangkan diri untuk menjadi international university.
“Penunjukkan Prof. Kim ini akan semakin memperkuat eksistensi Presuniv sebagai international university.” Chairy menegaskan.
Sebagai international university, lanjut Chairy, penting bagi Presuniv untuk berkolaborasi dengan sebanyak-banyaknya mitra dari luar negeri. Baik itu mitra dari kalangan universitas maupun korpororasi.
“Misalnya, Senin pagi (27/2), saya baru saja menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Sungshin University, sebuah universitas swasta terkemuka dari Korea Selatan, yang diwakili oleh President-nya, Prof. Dr. Seong Keun Yi.” Perjanjian ini, ungkap Chairy, menggagas berbagai potensi kerja sama dalam bidang riset, serta pertukaran mahasiswa dan dosen.
Baca Juga: Menteri Longuinhos dos Santos Berharap Mahasiswa Timor Leste di Presuniv Mampu Bangun Negaranya
Bicara soal penunjukkannya sebagai International Chancellor, kata Ki-Chan Kim, “Ini merupakan kehormatan bagi saya. Apalagi Presuniv merupakan salah satu universitas swasta terkemuka di Indonesia dan sudah terakreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi.”
Sebagai International Chancellor, kata Kim, ia ingin berperan untuk memperkuat internasionalisasi Presuniv. Selama ini, ungkap Kim, Presuniv sudah banyak merekrut dosen asing.
“Kelak saya akan mendorong Presuniv untuk lebih aktif lagi melakukan kerja sama pada tingkat global, baik dengan sesama universitas di luar negeri, perusahaan-perusahaan asing atau berbagai organisasi lainnya, seperti Korean Indonesian Management Association atau KIMA, yang saya menjadi salah satu pendirinya,” papar Kim.
Sebetulnya sejak semester lalu Kim sudah menjadi visiting professor di Presuniv. Sebagai visiting professor, Kim menaruh perhatian terhadap lokasi strategis kampus Presuniv yang berada tepat di tengah-tengah kawasan industri terbesar di Asia Tenggara, kawasan industri Jababeka.
Kawasan industri ini menjadi tempat beroperasinya sekira 2.000 perusahaan, mulai dari yang berskala nasional hingga multinasional, seperti ICI, Komatsu, Mattel, Mondelez, Unilever, termasuk beberapa chaebol dari Korea Selatan, yakni Hyundai, Samsung atau LG.
Di sisi lain, Kim juga mencermati betapa pentingnya penerapan teknologi dalam era Revolusi Industri 4.0 yang tengah terjadi pada saat ini. Penerapan teknologi, termasuk teknologi digital, sangat penting untuk meningkatkan daya saing perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang ada di kawasan industri Jababeka, ungkap Kim, tentu juga harus merespon perkembangan teknologi semacam ini.
Dalam konteks itu, kata Kim, “Keberadaan Presuniv di kawasan industri Jababeka membuat kawasaan ini layak menjadi Silicon Valley-nya Indonesia.”
Presuniv, papar Kim, dengan didukung oleh Fabrication Laboratory (FabLab) Jababeka, dapat mengembangkan berbagai inovasi serta membantu memberikan solusi dan menyediakan talenta bagi perusahaan-perusahaan yang ingin mengadopsi Teknologi 4.0. Sebagai informasi, FabLab merupakan unit strategis dari kolaborasi antara Presuniv dengan PT Jababeka Infrastruktur.
Kini, dengan menjadi International Chancellor, Kim berharap dirinya bisa ikut mengambil peran untuk menjadikan Presuniv sebagai kampus yang dapat memimpin penerapan Teknologi 4.0. Salah satunya adalah Artificial Intelligence (AI).
“AI adalah salah satu teknologi yang berperan penting dalam Revolusi Industri 4.0,” ungkap Kim. Menurut dia, belajar untuk menguasai AI Data Analitycs hanya membutuhkan waktu lima jam. “Dengan aplikasi Orange Data Mining, seseorang tidak lagi harus belajar coding untuk melakukan AI Data Analytics,” tegasnya.
Kim adalah Professor of Management di Catholic University of Korea, Korea Selatan, dan Distinguished Professor di George Washington University, Amerika Serikat.
Selain itu, saat ini Kim juga menjabat sebagai Chairman Innovation Economy Division di National Economic Advisory Council (NERC), sebuah lembaga yang secara langsung bernaung di bawah kepemimpinan Presiden Korea Selatan.
Kim juga akan menjabat sebagai Presiden International Council for Small Business (ICSB) yang berkedudukan di Washington DC, Amerika Serikat. ICSB adalah organisasi nirlaba yang didirikan tahun 1955, dan perannya adalah mempromosikan pertumbuhan dan perkembangan usaha kecil di seluruh dunia.
“Saya berterima kasih kepada Prof. Ayman Tarabishy, Presiden ICSB saat ini, atas dukungannya terhadap saya yang akan menjadi Presiden ICSB periode mendatang.” katanya.
Selama aktif di ICSB, Kim menekankan betul betapa pentingnya kepuasan kerja bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan skala kecil dan menengah. ICSB juga berperan penting dalam penetapan 27 Juni sebagai Hari Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sedunia oleh Perserikatan Bangsa Bangsa.
Sebagai akademisi, Kim banyak menulis karya ilmiah dan buku. Salah satu bukunya yang berjudul The Joy of Innovation berhasil meraih penghargaan King Sejong Book Collection 2020 dalam ajang Penghargaan Buku Nasional se-Korea Selatan. Dalam buku ini, Kim menekankan pentingnya inovasi untuk membuat bisnis tetap kompetitif di pasar yang terus bergejolak.