Suara.com - Meski harga batu bara telah menunjukan penurunan harga, tapi PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) menargetkan bisa melakukan penjualan mencapai 62 juta ton hingga 64 juta ton pada tahun 2023.
Berdasarkan keterangan resmi emiten tambang batu bara itu pada laman Bursa Efek Indonesia (BEI), yang dikutip Jumat (17/2/2023) bahwa target penjualan itu terdiri dari 58 - 60 juta ton batu bara termal dan 3,8 - 4,3 juta ton batu bara metalurgi dari anak usaha, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR).
Sedangkan nisbah kupas ditargetkan 4,2x, target ini lebih tinggi daripada nisbah kupas aktual sepanjang tahun 2022 yang mencapai 3,75x karena pada semester pertama 2022 terjadi cuaca dengan hujan melebihi normal dan keterlambatan pengiriman alat berat.
Untuk itu, ADRO menyiapkan belanja modal senilai USD500 juta sampai USD600 juta terutama untuk bisnis pertambangan, jasa pertambangan dan logistik.
Baca Juga: Perusahaan Orang Terkaya RI Nomer 7 Bakal IPO, Incar Dana Rp371 Miliar
Belanja modal ini tidak termasuk belanja modal untuk proyek transformasi bisnis di Kaltara.
Dijelaskan, ADRO memiliki beberapa proyek yang akan dilaksanakan di kawasan industri ini, termasuk smelter aluminium dan PLTU yang menjadi sumber energinya, serta PLTA.
Sedangkan produksi tahun 2022 mencapai 62,88 juta atau naik 9 persen dari 52,70 juta ton pada tahun 2021. Hal itu berkat permintaan yang tinggi terhadap batu bara perusahaan serta kinerja operasional yang baik.
Adapun volume penjualan batu bara sepanjang tahun 2022 tercatat 61,34 juta ton, atau naik 19 persen dari 51,58 juta ton pada tahun 2021.
Baca Juga: Perluas Ekspansi, Emiten BINA Incar 1.000 Nasabah Baru di Palu